Beberapa tahun ke belakang ini, cara saya bertransaksi mulai berubah yaitu lebih pilih pembayaran non-tunai. Bisa dibilang setelah TransJakarta mewajibkan setiap penggunanya harus menggunakan kartu untuk bisa masuk halte busway. Awalnya memang agak berat, seperti "Wah, harus beli kartu dong!", "Wah, harus isi-isi segala" atau "Kalau saya lupa isi saldo gimana?", tetapi lama-lama jadi terbiasa untuk tidak bawa uang tunai.
Menurut saya, tidak bawa uang tunai lebih aman dan praktis. Apalagi kalau saya bawa uang banyak, misalnya untuk beli benda elektronik seperti ponsel. Daripada bawa jutaan rupiah di kantung, sebaiknya saya bawa kartu debit saja. Kalau terjadi apa-apa seperti kemalingan, saya bisa langsung telepon untuk minta blokir kartu. Selain itu, saya dan penjual juga tidak perlu repot menghitung uang.
Belanja Lebaran Pakai Non-Tunai
Biasanya belanja lebaran akan lebih banyak daripada belanja bulanan. Misalnya, kita harus beli parsel untuk atasan, pegawai, atau rekan kerja. Belum lagi belanja baju muslim. Wah, berapa banyak uang yang harus kita bawa? Ini akan sangat berisiko karena biasanya pusat perbelanjaan akan lebih ramai menjelang Idulfitri.
Selain itu, pembayaran non-tunai juga membuat kita membayar sesuai jumlah yang harus dibayar. Ingat bahwa kasir biasanya membulatkan nominal belanjaan kita? Untuk yang perhitungan dan hemat seperti saya, beberapa puluh rupiah itu juga berarti. Selain itu, ini juga bisa mencegah kembalian yang diganti dengan barang. Misal, karena kasih tidak punya Rp100, maka kita akan dikasih permen.
Alasan Memilih Kartu Debit BCA
Sebelumnya saya adalah nasabah di salah satu Bank BUMN terbesar di Indonesia. Tetapi, karena saldonya harus sisa Rp100 ribu, saya jadi keberatan juga. Akhirnya saya memutuskan untuk pindah ke BCA karena berbagai alasan:
1. ATM-nya banyak
2. Kantor cabangnya dekat dari rumah, sehingga saya bisa jalan kaki kapan saja
3. Mesin EDC-nya banyak