Mohon tunggu...
R Firman Syailendra
R Firman Syailendra Mohon Tunggu... wiraswasta -

Lahir dan besar di Jakarta tetapi rindu bekerja dan berkeluarga dengan suasana kampung. Baru belajar menulis untuk melepas rindu dan mengikat kenangan. Belajar ngeblog baru beberapa waktu lalu lamanya. Blog bisa diakses di www.rfirmans.com. Semoga bisa terus menjelajah bumi Allah ini. Doakan ya.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mensikapi Insiden Selat Melaka Itu

15 April 2011   04:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:47 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi ini terasa indah sekali. Cuaca agak lembab sejuk, dan jalan raya terasa lengang. Teduh sekali. Bahkan saking indahnya,  Masdekayang jarang jumpa pun singgah di ruang kerja saya pagi ini. Dan, atas desakannya, artikel ini pun diunggah ke Kompasiana. *** [caption id="attachment_101828" align="alignright" width="210" caption="Kapten Moch Salim/metrotv"][/caption] Selain Briptu Norman yang mendadak ngartis, ternyata Kapten Moch Nursalim pun tidak ketinggalan. Bagi yang belum kenal, dia adalah Kapten Kapal Pengawas Perikanan HIU 001. Sebuah kapal patroli dibawah kendali Kementerian Kelautan dan Perikanan. Tugas pokoknya adalah mengusir, dan kalau memungkinkan menangkap semua kapal pencuri ikan yang masuk ke wilayah perairan Indonesia. Ya, mereka adalah penjaga laut Indonesia. Pertemuan pertama Kapten Salim dengan saya terjadi di Pusdiklat Aertembaga KKP di Bitung Sulawesi, yang kemudian berlanjut lagi di Sekolah Tinggi Perikanan Pasar Minggu Jakarta. Itu terjadi tahun 2008 lalu. Seorang yang supel, rajin ibadah dan sedikit bicara banyak bekerja. Jadi tidak heran, kalau melihat insiden di Selat Melaka kemaren (7/4), kekuatan mentalnya yang membuat cuek dengan kehadiran 3 (tiga) helikopter Malaysia itu. Walaupun dihadang pada haluan kapalnya oleh heli tempur TLDM, Salim tetap tidak gentar. Maju stabil dengan kecepatan 9,4 knot dan tidak menambah atau mengurangi sedikit pun kecepatannya. Menteri Pertahanan Malaysia mengklaim Kapten Salim dan/atau ABK-nya menodongkan senjata ke heli tempur TLDM (Tentera Laut Diraja Malaysia). Kenyataannya, KP HIU 001 tidak dibekali senjata. Logika berbicara, kalau toh dia punya senjata, sang heli tempur TLDM pun pastinya lebih lengkap dan powerful. Lah memang itu syarat utama heli tempur. Sarat persenjataan dan efektif bermanuver. Dan saya yakin, heli tempur itu akan mendapat keuntungan, sekiranya ada baku tembak. Ahhh Dato' Seri Menteri, laporan staf anda pasti kurang benar itu. Kronologis insiden bisa dilihat di Blog Mukhtar API MSI. Terus terang, saya heran juga dengan blog ini. Kronologis yang dimuat di blog itu hanya selisih sekian jam saja loh dengan peristiwa insiden itu. Efektif sekali kerjanya. :) *** [caption id="" align="alignright" width="240" caption="Wilayah Insiden Selat Malaka"]

[/caption] Kemudian, PertanyaanPenting pun muncul. Ada apa dengan wilayah itu? Kenapa pihak Indonesia dan Malaysia saling mengklaim wilayahnya? Menurut I Made Andi, seorang Kandidat Doktor dari Univ Wolongong Australia. Peristiwa saling klaim wilayah masing-masing memang akan terus terjadi. Karena memang belum ada kesepakatan dari kedua belah negara. Ilustrasi tersebut menjelaskan bahwa area berwarna kuning itu adalah wilayah yang belum disepakati. Indonesia mengklain secara sepihak garis batas berwarna kuning tebal sedangkan Malaysia mengklaim secara sepihak garis batas berwarna biru putus-putus.
Nah, resikonya, wilayah overlap itu menjadi kebingungan semua pihak.  Kedua negara saling mengakui, pihak Kapal Patroli mengikut perintah Undang-undang dan, yang terpenting adalah rakyat kedua negara kebingungan.

Bagi warga negara yang progresif, pasti membela informasi yang dimuat di koran-koran lokalnya.  Sedangkan bagi sebagian warga negara yang arif dan mengerti, pasti akan berpendapat dengan bijaksana. [caption id="" align="alignright" width="300" caption="Gerak Heli Memasuki Indonesia"]

[/caption] Nah, hal lain yang menarik bagi saya adalah, apabila ketiga Heli Malaysia dilengkapi dengan perangkat GPS dan pengetahuan Pilot tentang batas ZEE (perjanjian 1969) maka ... bisa dilihat pada ilustrasi, seharusnya ketiga Heli tidak boleh masuk ke wilayah Indonesia dengan alasan apapun. Sumber: 1. Vivanews "Fadel: Heli Malaysia Kejar Aparat Indonesia" 2. Blog Mukhtar API MSI. 3.  Blog Border Studies -nya I Made Andi 4. Pengetahuan tentang Batas Maritim dan Insiden (flash)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun