Mohon tunggu...
R Firman Syailendra
R Firman Syailendra Mohon Tunggu... wiraswasta -

Lahir dan besar di Jakarta tetapi rindu bekerja dan berkeluarga dengan suasana kampung. Baru belajar menulis untuk melepas rindu dan mengikat kenangan. Belajar ngeblog baru beberapa waktu lalu lamanya. Blog bisa diakses di www.rfirmans.com. Semoga bisa terus menjelajah bumi Allah ini. Doakan ya.

Selanjutnya

Tutup

Politik

TB Hasanuddin dan Telpon Sandi

20 November 2013   20:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:53 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Baru saja melihat MetroTV (18/11) yang membahas tentang sadap menyadap komunikasi telpon Pak Beye dan Isterinya.
Mantan Kepala Lemsaneg, Nachrowi Ramli menceritakan bahwa pada eranya, Presiden Megawati selalu menggunakan telpon sandi untuk berkomunikasi dengan mitranya. Bisa saja lawan bicaranya Menteri di Jakarta ataupun pejabat lainnya.  Katanya, kegiatan rutin pemeriksaan dan updating sistem sandi dilakukan bersama dengan TB Hasanuddin, sang komandan Paspampres di era itu. Sistem sandi yang rutin diperbarui, menjadikan telpon sandi terjaga keberadaannya.
Tapi TB Hasanudin menjelaskan lain, hari ini dia mempertanyakan, kenapa telpon sandi itu tidak digunakan oleh pengganti Presiden Mega. Untuk diketahui, jelasnya, telpon sandi itu kalo dipake ngomong selalu ada jedanya, ini tidak nyaman, tambahnya.
Jeda? Memangnya ada apa dengan “Jeda” itu. Wikipedia menjelaskan untuk komunikasi menggunakan telpon sandi, kedua sisi harus masuk dalam mode sandi (crypto mode) untuk mengaktifkan algoritma penyandiannya. Tentunya diperlukan energi untuk mengakses itu. Semakin tinggi level pejabatnya seyogyanya semakin komplek pula algoritmanya, dan sudah barang tentu semakin tinggi energi-nya.
Melihat energi seperti ini, sudah barang tentu kualitas voice-nya bisa dibilang mirip dengan telpon internasional. Ada “Jeda” yang terasa. Tapi itulah harga sebuah keamanan yang pasti berbanding terbalik dengan harga sebuah kenyamanan.


Meminjam bahasa Humas BKKBN, pakailah kondom untuk berhubungan sex, walaupun tidak nyaman.


Nah, sudah pahamkan! Jadi, kalau TB Hasanuddin mengangkat isu “Jeda” itu sebagai biang kerok ketidaknyamanan Pak Beye berkomunikasi, seharusnya Nachrowi Ramli bisa menjawab, “pilih mana, memaklumi Jeda itu atau pilih telponnya mudah disadap”.  -pis-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun