Mohon tunggu...
Niabatul Ulya Mufidah
Niabatul Ulya Mufidah Mohon Tunggu... -

saya seorang mahasiswi Universitas Islam Negeri Malang pada Jurusan Pendidikan Bahasa Arab

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Artikel Utama

Golden Age

25 Maret 2015   07:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:05 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Usia emas yang dimaksud disini adalah perkembangan anak telah sampai pada rentan umur 3-5 tahun, yang lebih sering disebut dengan golden age. Pada tahap usia emas ini, sensori motor dan kognitif pada anak mengalami perkembangan yang signifikan dimana anak mulai mengenal anggota motoriknya. Seperti pengamatan yang telah oleh Jean Piaget terhadap ketiga anaknya. Selama bulan ketiga, kegiatan mengisap jempol menjadi kurang penting bagi Laurent karena ia memiliki minat visual dan auditoris yang baru. Namun, apabila ia menangis, kegiatan mengisap ibu jarinya ini menjadi penolongnya. Kegiatan diatas membuktikan bahwa rentan usia emas adalah tahap dimana anak mengenal sensori motorik dan kognitifnya.

Terdapat bukti pengamatan yang telah saya lakukan sendiri terhadap sepupu saya bahwa, pada usia emas daya tangkap si anak kuat sekali sehingga ia mampu menyimpan memori dan stimulus yang diberikan. Ketika sepupu saya sebut saja wafi (3 tahun), ditunjukkan gambar burung gagak dan saya mengucapkankan, “burung gagak”, lalu tanpa perintah ia mengulang pengucapan saya. Ketika saya tunjukkan gambar burung beo dan saya mengucapkan, “burung beo” lalu ia juga mengulangi kata-kata saya begitu juga seterusnya. Hal ini membuktikan bahwa setiap hal yang diajarkan terhadap anak yang berada pada usia emas memiliki respon dan daya tangkap yang baik. Pada usia ini, si anak cenderung suka meniru apa yang ia lihat, ia dengar pun ia rasakan.

Dari sini dapat dibuktikan bahwa rentan usia 3-5 tahun, anak meniru setiap kegiatan yang ia lihat, dengar dan yang diajarkan terhadapnya. Apabila kita menciptakan lingkungan kurang mendukung terhadap anak yang berada pada usia golden age, maka ia juga akan menangkap memori yang ia dapat. Tidak menutup kemungkinan, ia akan mengingatnya sampai seumur hidup. Karena daya ingat pada usia ini sangat bagus. Hal ini mengapa pada suatu daerah di Timur Tengah memiliki mayoritas anak-anak pengahafal al-qur’an berada pada usia golden age. Karena mereka memanfaatkan usia ini untuk menghafal al-qur’an, subhanallah.

Berbeda daerah berbeda pula kisahnya. Di suatu daerah di Jawa Tengah, terdapat remaja yang beranjak ke usia dewasa. Dimana ia baru menikah pada usia 39 tahun karena mengalami traumayang ia dapat ketika berusia 5 tahun. Di usianya yang masih kecil, ia mengalami kekerasan psikis ketika ia diasuh oleh keluarga pamannya. Di usia 5 tahun ia sudah merasakan trauma hebat dimana ia nyaris diperkosa oleh orang terdekatnya sendiri, yaitu pamannya. Kejadian itu tersimpan rapi dalam ingatannya sampai kini ia dewasa. Pengalaman buruk yang ia dapat ketika berada di usia golden age menjadikannya takut menikah karena ia trauma berada di dekat laki-laki. Sampai akhirnya ia dapat menikah di usia 39 tahun.

Semoga pengalaman buruk seperti diatas tidak terulang kembali di sekitar kita pun di keluarga yang lain. Jagalah anak anda yang berada di usia ini serta manfaatkanlah kelebihan-kelebihan yang terdapat pada perkembangan anak di usia golden age.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun