Mohon tunggu...
Ni Luh Delfina Risyadi
Ni Luh Delfina Risyadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Pendidikan Ganesha

Blog ini dibuat guna menjadi wadah saya khususnya untuk berbagi ilmu dan wawasa seputar budaya dan seni. Pada paper pertama saya akan membahas mengenai tradisi yang terdapat di Buleleng, Bali

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Tradisi Megoak-Goakan Potret Multikulturalisme Di Desa Panji Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng Bali

14 Desember 2024   08:24 Diperbarui: 14 Desember 2024   08:24 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Permainan Megoak-Goakan (Sumber: wikibooks.org)

ABSTRAK 

Tradisi Megoak-Goakan merupakan fenomena budaya unik yang mencerminkan kompleksitas interaksi sosial dan multikulturalisme di Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi dimensi kultural, sosial, dan edukatif dari tradisi yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat setempat. Melalui pendekatan kualitatif dengan metode studi pustaka dan observasi lapangan, penelitian mengungkap bagaimana Megoak-Goakan tidak sekadar permainan tradisional, melainkan instrumen penting dalam membangun integrasi sosial dan memelihara harmoni antarkelompok masyarakat.

Kata Kunci: Megoak-Goakan, Multikulturalisme, Tradisi Bali, Integrasi Sosial, Budaya Lokal

PENDAHULUAN

Desa Panji di Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, merupakan wilayah geografis yang memiliki keunikan dan kompleksitas sosial-kultural yang sangat menarik untuk dikaji. Terletak di ujung utara Pulau Bali, desa ini menjadi representasi miniatur keberagaman etnis, tradisi, dan praktik sosial yang hidup berdampingan dalam bingkai toleransi dan saling pengertian. Lokalitas geografis Desa Panji yang strategis telah mendorong terjadinya pertemuan dan interaksi antarkelompok masyarakat dengan latar belakang yang beragam, menciptakan ruang dialogis yang dinamis dan berkelanjutan.

Tradisi Megoak-Goakan muncul dan berkembang dalam konteks kompleksitas sosial tersebut, bukan sekadar permainan sederhana melainkan pranata sosial yang memiliki fungsi mendalam dalam mengkonstruksi relasi antarwarga. Secara etimologis, kata "goak" dalam bahasa Bali bermakna "mengusir" atau "mengejar", yang menggambarkan dinamika interaksi dan pertarungan simbolik antarkelompok dalam ruang sosial yang terkonstruksi secara budaya. Permainan ini telah menjadi media transformasi sosial yang efektif, mentransmisikan nilai-nilai kearifan lokal dan membangun semangat kebersamaan di tengah keragaman.

Penelusuran historis menunjukkan bahwa Megoak-Goakan bukanlah sekadar warisan budaya statis, melainkan praktik dinamis yang terus berevolusi seiring perubahan sosial masyarakat. Ardiawan (2017) dalam kajian etnopedagogisnya mengungkapkan bahwa tradisi ini telah mengalami transformasi signifikan, dari permainan tradisional murni menjadi bentuk ekspresi budaya yang memiliki nilai edukatif, rekreatif, dan preservatif. Kemampuan tradisi ini beradaptasi dengan konteks zaman menunjukkan ketangguhan kultural masyarakat Desa Panji dalam memelihara identitas dan kohesi sosial.

Signifikansi akademis dan sosiologis Megoak-Goakan terletak pada kapasitasnya sebagai laboratorium sosial miniatur yang menggambarkan bagaimana perbedaan dapat dikelola melalui mekanisme budaya yang inklusif dan dialogis. Dalam konteks masyarakat multikultural Indonesia, tradisi ini menawarkan model praktis resolusi konflik dan integrasi sosial yang berakar pada kearifan lokal. Ia tidak sekadar mempertahankan tradisi, melainkan aktif menciptakan ruang interaksi yang setara, di mana perbedaan dipahami bukan sebagai sumber konflik, melainkan potensi kreativitas dan pengayaan bersama.

Kompleksitas Megoak-Goakan sebagai fenomena sosial-kultural mendorong perlunya penelitian komprehensif yang mampu mengungkap dimensi tersembunyi di balik praktik permainan ini. Pertanyaan mendasar yang hendak dijawab adalah bagaimana sebuah tradisi dapat menjadi media efektif dalam membangun dialog antarkelompok, mentransformasi potensi konflik menjadi energi positif, dan memperkuat ikatan sosial dalam masyarakat yang sangat beragam.

PEMBAHASAN

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun