Contoh Perayaan Nyepi dan Ngembak Geni Dalam Pelaksanaan Catur Marga
  Nyepi dan Ngembak Geni adalah dua perayaan penting dalam agama Hindu yang dirayakan di Bali, Indonesia. Perayaan ini juga erat kaitannya dengan konsep Catur Marga, yaitu ajaran yang menekankan empat jalan untuk mencapai moksha atau pembebasan dari siklus kelahiran dan kematian. Empat jalur Catur Marga adalah Bhakti Marga Yoga, Jnana Marga Yoga, Karma Marga Yoga, dan Raja Marga Yoga. Nyepi adalah hari mengheningkan cipta dan refleksi diri yang diperingati pada hari pertama Tahun Baru Saka.Â
Pada saat Nyepi, umat Hindu Bali menjalankan empat larangan yang dikenal dengan Catur Brata Penyepian, yaitu Amati Geni (tidak ada api atau cahaya), Amati Karya (tidak bekerja), Amati Lelanguan (tidak melakukan aktivitas santai), dan Amati Lelungaan (tidak bepergian). Hari itu dihabiskan dalam keheningan dan kontemplasi, tidak diperbolehkan adanya lampu atau api, dan orang-orang diharapkan untuk tetap berada di dalam rumah. Sehari sebelum Nyepi, umat Hindu Bali melakukan upacara Melasti, yaitu ritual penyucian di pantai.
  Ngembak Geni dirayakan sehari setelah Nyepi, dan menandai berakhirnya larangan Catur Brata Penyepian. Pada saat Ngembak Geni, umat Hindu Bali melakukan ritual memohon ampun satu sama lain dan kepada Tuhan. Mereka juga menyalakan lilin dan lampu untuk melambangkan kembalinya cahaya dan harapan setelah kegelapan Nyepi. Dalam hal pelaksanaan Catur Marga pada perayaan tersebut, salah satu contohnya adalah praktik Karma Marga pada saat Nyepi. Umat Hindu di Bali membuat ogoh-ogoh dan mengaraknya di jalan-jalan pada malam Nyepi. Amalan ini dimaksudkan untuk melambangkan penyucian jiwa dan pelepasan energi negatif.
Contoh Nyata Dari Seloka yang dapat diambil dari kutipan Bhagavad Gita 7:21
"Kepercayaanmu apa pun, aku akan memperlakukanmu sama, Berikan berkah yang setimpal, agar kau lebih mantap dalam keyakinanmu."Seloka ini mengajarkan tentang pentingnya menghargai perbedaan keyakinan dan memperlakukan semua orang dengan sama. Meskipun seseorang memiliki keyakinan yang berbeda, mereka tetap harus diperlakukan dengan hormat dan diberikan dukungan yang setimpal agar mereka lebih mantap dalam keyakinannya.
Yang Bisa Kita Lakukan/Terapkan Dari Sloka Berikut
"Apan iking dadi wwang, utama juga ya, nimitaning mangkana, wnang ya tumulung awaknya sangkeng sangsra, makasdhanang ubhakarma, hinganing kotamaning dadi wwang"
(Menjelma menjadi manusia itu adalah sungguh-sungguh utama; sebabnya demikian, karena ia dapat menolong dirinya dari keadaan sengsara (lahir dan mati berulang-ulang) dengan jalan berbuat baik; demikianlah keuntungannya dapat menjelma menjadi manusia". (Sarasamucaya I.4).
  Sloka yang diberikan menekankan pentingnya dilahirkan sebagai manusia dan bagaimana hal itu dapat membantu seseorang keluar dari siklus kelahiran dan kematian dengan melakukan perbuatan baik. Mantra adalah alat ampuh dalam agama Buddha yang dapat membantu praktisi mencapai tujuan atau niat tertentu.
  Ada beberapa cara di mana Anda dapat menggunakan mantra sehubungan dengan sloka yang diberikan yaitu dengan cara melafalkan mantra,renungkan makna sloka, dan gunakan mantra untuk menenangkan pikiran. Hal ini dapat membantu mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang pentingnya dilahirkan sebagai manusia dan peran perbuatan baik dalam keluar dari siklus kelahiran dan kematian.