Mohon tunggu...
Ni Putu Novi Ardiyani
Ni Putu Novi Ardiyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Universitas Pendidikan Ganesha

saya seorang mahasiswa program studi Akuntansi, Universitas Pendidikan Ganesha dan hobi saya memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Manusia Pertama Menurut Agama Hindu_Jawaban LKM 2

25 Maret 2024   21:45 Diperbarui: 25 Maret 2024   21:47 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

MANUSIA PERTAMA MENURUT AGAMA HINDU

Agama Hindu adalah agama tertua di dunia, telah ada selama 4000 tahun. Agama Hindu berasal dari Lembah Sungai Indus, yang sekarang menjadi bagian barat India dan Pakistan. Hinduisme adalah agama dominan di Asia Selatan, khususnya India dan Nepal, dan mencakup beragam tradisi. Asal usul agama Hindu dimulai dengan kedatangan bangsa Arya di India sekitar tahun 1500 SM. Kedatangan mereka sangat mempengaruhi organisasi sosial dari masyarakat asli atau Dravida. Terjadinya akulturasi budaya menimbulkan perdebatan mengenai siapa yang lebih berpengaruh. Akibat perpaduan bangsa Arya dan Dravida, lahirlah tradisi agama Hindu. Agama Hindu memiliki banyak keyakinan, Keyakinan ini mencakup beberapa aliran pemikiran, termasuk Saiva, Waisnawa, dan Sakta, serta pandangan Dharmasastra yang luas tentang "moralitas sehari-hari" berdasarkan karma, dharma, dan norma-norma sosial.

Agama Hindu percaya dengan Manu, yang merupakan manusia pertama kali menurut agama Hindu. Manu adalah orang pertama berdasarkan kepercayaan agama Hindu yang diutus ke bumi. Manu yang sendirian diminta untuk melihat dunia dan kemudian menyusun atau membentuk aturan-aturan yang kini digunakan umat manusia. Aturan atau konstitusi yang dibuat oleh Manu dikenal dengan nama "Manu Smriti". Karena kata "Manu" berarti manusia pertama, maka dalam bahasa Sansekerta nama ini melahirkan kata "Manusya" yang berarti "keturunan Manu" atau mungkin "seperti Manu". Kata "Manusya" kemudian melebur ke dalam bahasa Indonesia dan menjadi "manusia". Dewa Surya mengungkapkan Manu kepada dunia setelah mengajarkan Manu banyak hal dari kitab suci agama Hindu Weda (Weda). Manu ditugaskan untuk merangkum dan menulis sebuah buku berjudul Manu Smriti, yang menjadi panduan bagi manusia masa depan untuk hidup di dunia. Manu Smriti kemudian diajarkan kepada putra Manu, Iksavaku. Dewa Surya sendiri menerima ajaran Weda tersebut dari Tuhan sebelum mengajarkannya kepada Manu.

Manu tidak diciptakan sendirian. Dia diciptakan bersama dengan Shatarupa, yang diciptakan oleh Dewa Brahma sebagai pendamping Manu. Diciptakan cantik, Shatarupa menjadi wanita pertama di dunia menurut umat Hindu. Manu memiliki tiga anak perempuan dari istrinya: Akruti, Devahuti dan Prasuti. Pada periode pertama (manvantara) zaman pertama Manu (juga disebut Svayambhuva), lahirlah 7 orang bijak (saptarishi), yang menjadi nenek moyang populasi dunia saat ini. Kemunculan manusia pertama kali diperkirakan sekitar 1 kalpa lalu, yang saat ini hanya menjadi kenangan yang dapat dikenang oleh generasi penerus. Setelah keturunan Manu dan Satarupa, bisa dikatakan berkembang seiring berjalannya waktu dan jumlahnya mencapai ribuan orang hingga saat ini dapat dikatakan semakin banyak. Menurut agama Hindu, manusia pertama dalam agama Hindu tersusun dari lima (lima) unsur alam yang disebut Panca Maha Bhuta. Bagian-bagian unsur ini adalah yang pertama, bumi yang artinya benda padat. Kedua, Teja (api) yang artinya panas. Ketiga, Bayu (udara) yang artinya gas. Yang keempat yaitu Apah (air), atau segala sesuatu yang berhubungan dengan zat cair. Dan yang kelima adalah Akasa (eter), materi kosong. Hal ini merupakan yang diciptakan makhluk pertama yang yaitu manusia pertama dalam agama Hindu berdasarkan mitologi yang ada. Sebenarnya Sang Hyang Widhi Wasa menciptakan manusia hanya agar manusia bisa melakukan ibadahnya kepada Tuhan. Beribadah kepada Tuhan, Ida Sang Hyang Widhi mengantarkan manusia terutama umat Hindu kedalam jalan hidup yang rukun dan sejahtera. Dapat juga dikatakan bahwa manusia merupakan satu kesatuan antara badan jasmani dan jiwa (atma), sehingga dapat terus berkembang.

Umat Hindu memiliki keyakinan dasar dalam menjalankan agamanya. Landasan ini menjadikan seluruh umat Hindu percaya dan sungguh-sungguh meyakini adanya Tuhan atau Sang Hyang Widhi Wasa. Landasan keyakinan ini terdiri dari lima aspek yang disebut Panca Sradha. Ajaran pertama ini berfokus pada kepercayaan terhadap Brahman atau Tuhan. Dalam agama Hindu Tuhan mempunyai banyak nama atau sebutan seperti Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Brahman. Artinya, setiap umat Hindu benar-benar meyakini akan adanya Tuhan itu ada, maha kuasa, mahakuasa, mahakuasa. Salah satu contoh bahwa umat Hindu percaya dengan adanya Tuhan yaitu dari hal kecil yang dilakukan setiap hari yaitu sembahyang Tri Sandya tiga kali sehari. Keyakinan kedua yaitu umat Hindu percaya dengan adanya atman yaitu roh yang menjiwai tubuh manusia yang membuat manusia hidup. Atman ini mempunyai sifat yang kekal dan abadi. Yang ketiga yaitu umat Hindu percaya dengan adanya karmaphala, karmaphala terdiri dari kata karma yang artinya perbuatan dan phala yang artinya hasil yang didapat, jadi karmaphala ialah hasil dari perbuatan yang pernah dilakukan. Secara sederhana umat Hindu sangat mempercayai akan adanya hukum karma dalam kehidupan. Karmaphala dapat dibedakan menjadi tiga bagian waktu yaitu akan terjadi di masa kini atau masa sekarang, akan terjadi esok hari, dan di masa depan atau dimasa yang akan datang.

Selanjutnya yang keempat umat Hindu juga percaya dengan adanya Samsara yaitu percaya dengan adanya reinkarnasi atau kelahiran kembali. Lahir Kembali dalam umat Hindu dikenal dengan sebutan Punarbawa yaitu kelahiran berulang-ulang. Umat Hindu mempercayai bahwa setiap roh pasti akan kembali kepada Tuhan atau Sang Hyang Widhi Wasa dan mestilah dalam keadaan suci. Dan yang terakhir umat Hindu percaya dengan Moksa. Moksa adalah bersatunya Brahman dengan Atman. Tujuan tertinggi dari umat Hindu yaitu untuk dapat mencapai Jagadhita dan Moksa. Umat Hindu sangat percaya dengan adanya Panca Sradha yang akan membuat umat Hindu mengetahui dan memilah perbuatan yang baik dan buruk karena setiap perbuatan akan mendapat hasil yang setimpal seperti pada keyakinan umat Hindu akan adanya Karmaphala.

Panca Sradha berkaitan dengan Surga dan Neraka menurut kepercayaan umat Hindu. Saat manusia meninggal Atman akan pergi meninggalkan badan badag dan berjalan menuju cahaya tanpa ditemani oleh siapapun dan hanya ditemani oleh karmanya saja. Segala upacara yang dibuatkan oleh kekuarga dan sulinggih merupakan sisi lain untuk membantu perjalanan sang atman menurut Ida Mpu Sitangke. Kemudian dijelaskan lebih lanjut bahwa sang atman pertama akan melewati tempat yang mirip seperti gurun pasir yang disebut dengan Tegal Penangsaran. Ditempat ini sang atman akan berjumpa dengan atman-atman yang meninggal karena bunuh diri, dan juga atman dari bayi-bayi yang digugurkan. Atman-atman inilah yang akan merebut bekal bawaan dari atman yang baru dalam perjalanan. Menurut keyakinan umat Hindu, Surga dan Neraka adalah dua tempat yang saling berdekatan yang dapat dibuktikan dalam epos Mahabharata tentang perjalanan Pandawa yang juga pernah merasakan neraka atas kesalahannya. Jadi atman tidak akan pernah bisa lepas dari neraka karena segala kesalahan yang diperbuat semasa hidup harus dibayar meski hanya sedikit kesalahan yang dilakukan semasa hidup. Setelah melewati pengadilan keabadian atman akan terlahir kembali kedunia membawa karma. Maka dari itu Panca Sradha akan selalu ada hubungannya dengan Surga dan Neraka karena kepercayaan umat Hindu dengan Brahman, Atman, Karmaphala, Punarbawa dan juga Moksa akan selalu berkaitan. Atman yang belum berhasil mencapai Moksa maka akan lahir kembali ke dunia dan tidak terlepas dengan karma yang akan dijalankan dikehidupan berikutnya.

Dalam ajaran agama Hindu, terlahir ke dunia menjadi manusia merupakan suatu yang sangat sulit didapatkan. Dalam sastra Saramuscaya disebutkan "kadi kedaping Tatit" yaitu dalam ajaran agama hindu terlahir sebagai manusia diibaratkan layaknya kilap. Mendapatkan kesempatan lahir ke dunia pasti akan mengalami suka, duka, dan pasti nantinya akan mengalami kematian kemudian akan kembali ke asal dan menyatu dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Namun saat ini banyak sekali terdapat orang yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.  Jika seseorang melakukan bunuh diri maka sang roh nantinya bisa masuk kea lam neraka yakni di lapisan Sapta Petala pada khususnya di lapisan Talatala yang meliputi kebencian, kemarahan, dan kesengsaraan berkepanjangan.  Penyebab dari seseorang yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri bisa saja beragam yang biasanya terjadi karena kondisi psikis, emosi, mental, dan spiritual yang kurang kuat membaut seseorang mudah putus asa dan mengambil jalan pintas dari suatu masalah dengan mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri yang dalam ajaran agama manapun tidak akan membenarkan hal seperti itu.

Dalam agama Hindu yang sangat mengusung tinggi adanya hukum karma, dikatakan bahwa janganlah melakukan tindakan bunuh diri karena sebenarnya tidak dapat menuntaskan masalah dengan meniadakan atman dalam diri melainkan masalah yang tertunda akan muncul lagi dikehidupan mendatang. Dalam ajaran agama Hindu menyebutkan bahwa orang yang meninggal karena bunuh diri, roh-nya akan berada di alam kegelapan (asurya loka) dan menjadi sangat lama sekali sang roh tersiksa. Seorang yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri dalam agama Hindu disebut Ulah pati yang dianggap sangat berdosa. Di dalam kitab Manawa Dharma Sastra dijelaskan bahwa dosa orang yang melakukan Ulah pati akan menular bagi mereka yang ikut mengambil mayatnya. Sehingga untuk menghindari hal tersebut umat Hindu telah memberikan tuntunan kepada umatnya yang terdapat dalam Kitab Saramusccaya 4 bahwa kita sebagai umat Hindu, Reinkarnasi ke dunia menjadi manusia merupakan jembatan emas yang diberikan Ida Sang Hyang Widhi Wasa untuk dapat melepaskan diri dari lautan penderitaan melalui perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan semasa hidup. Maka dari itu kita mestinya memanfaatkan dengan baik karena sulit untuk kita dapat reinkarnasi sebagai manusia, meskipun berat dalam menjalani kehidupan dan semenderita apapun kita di dunia janganlah jadikan bunuh diri sebagai salah satu jalan untuk menyelesaikan masalah. Dalam ajaran agama Hindu kita memiliki Tuhan yaitu Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang pastinya akan selalu memberikan jalan keluar bagi setiap masalah yang sedang terjadi. Maka dari itu kita jangan pernah lupa untuk selalu berdoa dan berserah diri hanya kepada Ida Sang Hyang widhi, maka seberat apapun masalah yang dihadapi pasti akan bisa teratasi.

DAFTAR PUSTAKA

Artawan, I Nyoman. 2020. Memahami Tiga Kerangka Dasar Agama Hindu. Diakses dari https://kemenag.go.id/nasional/memahami-tiga-kerangka-dasar-agama-hindu-jj2rif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun