Mohon tunggu...
Ni KadekSukmaputri
Ni KadekSukmaputri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi Olahraga lari, bulu tangkis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Penuh Spiritualitas: Hari Raya Kuningan dan Nyepi di Bali Tahun 2024

9 Maret 2024   12:15 Diperbarui: 9 Maret 2024   12:23 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi 

Hari raya merupakan suatu perayaan atau momen istimewa yang dimana dirayakan oleh suatu komunitas atau kelompok masyarakat yang biasanya menyangkut dalam konteks agama, budaya, atau tradisi. Hari raya ini seringkali menjadi pertanda dari peristiwa penting atau memiliki nilai spiritual, sosial, atau sejarah yang mendalam. Dimana setiap hari raya dapat melibatkan ritual keagamaan, upacara adat, atau aktivitas bersama yang menciptakan hubungan sosial, solidaritas, dan kegembiraan di antara orang -- orang yang merayakannya.

Khususnya di Bali, sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keunikan dalam jumlah hari raya yang dirayakan oleh masyarakatnya. Hal ini disebabkan karena mayoritas penduduk Bali menganut agama Hindu. Sebagian pulau dengan berbagai sejarah dan kebudayaan yang kaya, yang membuat Bali  memiliki beberapa hari raya keagamaan hindu dan tentunya dirayakan dengan penuh semangat dan kegembiraan. Salah satu hari raya yang tengah dirayakan saat ini oleh masyarakat  Bali adalah perayaan hari raya Kuningan dan Nyepi pada tahun 2024 ini memiliki jarak yang cukup dekat dimana Hari Raya Kuningan terdapat  pada tanggal 9 Maret 2024 dan Hari Raya Nyepi pada tanggal 11 Maret 2024.

Hari Raya Kuningan 

Hari Raya Kuningan merupakan salah satu perayaan Agama Hindu yang penting di Bali. Yang melatar belakangi tradisi hari raya kuningan berkaitan dengan mitologi Hindu yang melibatkan peristiwa kemenangan Dharma (Kebaikan) atas Adharma (Kejahatan). Dalam salah satu mitologi Hindu menjelaskan tentang perayaan hari raya kuningan dimana Dewa Indra bersama para Dewa melawan Batara Kala yang merupakan personifikasi waktu dan kegelapan. Pertempuran ini terjadi selama waktu yang cukup lama dan melalui perjuangan yang sengit. Dewa Indra akhirnya berhasil mengalahkan Batara Kala, tetapi kemudian memberikan hak istimewa untuk menguasai dunia setiap enam bulan sekali.

Hari raya kuningan ini muncul sebagai salah satu perayaan untuk menghormati kemenangan kebaikan dan sebagai waktu untuk memberikan penghormatan kepada roh leluhur yang turun ke Bumi. Pada tradisi ini juga memegang suatu keyakinan bahwa pada hari Kuningan, roh leluhur dan dewa -- dewa berkunjung ke dunia manusia. Oleh sebab itu, masyarakat di Bali memberikan suatu sesajen persembahyangan dan melakukan berbagai upacara keagamaan sebagai tanda hormat dan penghormatan terhadap para leluhur serta dewa.

Selain aspek keagamaan, pada hari raya kuningan juga mencerminkan nilai -- nilai kebersihan dan keharmonisan. Pada hari raya Kuningan masyarakat Bali membersihkan rumah mereka dan menjalankan ritual kebersihan sebagai persiapan menyambut kedatangan roh Leluhur dan dewa. Dengan latar belakang mitologis dan nilai -- nilai keagamaan serta kebersihan, hari raya kuningan menjadi sebuah perayaan yang memiliki makna besar dan menjadi bagian dari budaya agama Hindu di Bali. Tidak hanya itu saja perayaan hari Raya Kuningan ini menjadi salah satu hari dimana seluruh keluarga dekat dan jauh berkumpul bersama merayakan hari raya kuningan dengan bahagia dan melepas rasa rindu yang telah lama tidak bertemu.

Persiapan Masyarakat Bali Dalam Menyambut Hari Raya Kuningan

Masyarakat Bali memiliki serangkaian persiapan yang khusus dan mendalam, dalam menyambut Hari Raya Kuningan. Beberapa persiapan yang dilakukan yaitu pada hari pertama sebelum hari raya Kuningan, masyarakat biasanya mempersiapkan bahan -- bahan atau keperluan untuk membuat banten untuk di haturkan saat hari kuningan tiba. Dimana terdiri dari buah -- buahan, jajanan, bunga, daun kelapa atau di Bali disebut dengan "Busung", bokor, dupa. Tidak lupa juga masyarakat bali pasti menyiapkan pakaian adat hindu untuk sembahyang di pura yaitu kamen, udeng (untuk laki -- laki), selendang, dan pakaian warna putih yang melambangkan kesucian dan kebersihan.

Tidak hanya menyiapkan keperluan banten dan pakaian yang digunakan saat persembahyangan saja. Masyarakat bali juga akan membersihkan rumah dan tentunya pura -- pura  secara menyeluruh sebagai simbol keharmonisan dan kebersihan dalam menyambut roh leluhur dan dewa yang turun kebumi selama perayaan.

Sumber Foto: Bola.com 
Sumber Foto: Bola.com 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun