Seiring gaya hidup masyarakat yang cenderung moderat, penyakit diabetes kian menghantui terutama bagi mereka yang tinggal di wilayah perkotaan. Mudahnya akses untuk mendapatkan makanan yang tidak sehat seperti: junk food yang tinggi kalori, pola makan berlebihan, serta kurangnya olahraga, disinyalir sebagai salah satu faktor penyebab tingginya angka kasus diabetes. Berdasarkan penyebab, diabetes militus dibagi menjadi dua tipe yaitu: diabetes militus tipe 1, dan diabetes militus tipe 2.
Tidak banyak orang memahami perbedaan kedua tipe ini, terutama untuk diabetes militus tipe 1 yang sering disamaratakan masyarakat dengan diabetes militus tipe 2. Sehingga oleh masyarakat, kedua tipe diabetes ini sama-sama disarankan melakukan diet gula. Bahkan terkadang untuk pasien yang kebetulan terkena kasus diabetes militus tipe 1 yang seharusnya mendapat suntikan insulin setiap hari, mereka enggan melakukannya akibat disinformasi yang keliru. Dimana insulin yang sebetulnya adalah hormon, malah disalahartikan sebagai obat keras yang bisa merusak ginjal. Benarkah begitu?
      Untuk diabetes militus tipe 1 penyebab utamanya ialah reaksi autoimun yaitu saat dimana suatu kondisi kekebalan tubuh seseorang menyerang dirinya sendiri. Hal ini merupakan suatu reaksi abnormal, karena kekebalan tubuh seharusnya melindungi tubuh. Akan tetapi pada orang-orang dengan kondisi autoimun, kekebalan tubuh itu justru berbalik melakukan kerusakan tubuh. Kekebalan tubuh menghancurkan sel beta pada pankreas yang berfungsi memproduksi hormon insulin. Insulin adalah hormon khusus yang memang secara alami terbentuk di dalam tubuh. Hormon inu berfungsi mengubah glukosa (gula darah) menjadi glikogen (gula otot) yang dapat diserap sel-sel tubuh sebagai energi untuk beraktifitas.
      Ketidakmampuan tubuh mengubah glukosa menjadi glikogen ini, menyebabkan energi tidak pernah sampai ke sel maupun jaringan tubuh. Sehingga tubuh menjadi lemas akibat ketiadaan energi. Di samping itu, hal tersebut juga menyebabkan penumpukan glukosa dalam darah. Tingginya kadar glukosa, menyebabkan kadar gula darah naik drastis.
Gula menyebabkan darah menjadi kental dan lengket sehingga ginjal akan bekerja keras untuk menyaring darah, hal inilah yang malah memicu terjadinya kerusakan ginjal. Selain itu, luka akan menjadi lebih lama kering, karena gula menghalangi kinerja trombosit untuk melakukan pembekuan darah. Kadar gula yang tinggi ini juga, menyebabkan jantung harus berusaha lebih keras memompa darah keseluruh tubuh. Dan lambat laun, gula yang mengkristal di sepanjang pembuluh darah bisa memicu terjadi penyumbatan. Jika penyumbatan berada pada pembuluh darah yang kecil (kapiler) dan di area organ yang sangat vital semisal jantung dan otak, maka hal ini dapat memicu kematian mendadak.
      Saat ini belum ada pengobatan yang mampu untuk menyembuhkan penderita diabetes militus tipe 1. Namun mereka masih bisa memiliki harapan hidup lama dengan melakukan suntik insulin. Suntikan insulin akan membantu proses perubahan glukosa menjadi glikogen sehingga dapat diserap sel-sel tubuh, dan tubuh kembali berenergi. Diabetes militus tipe 1 tidak akan bisa lepas dari suntikan insulin seumur hidupnya!
Untuk diabetes militus tipe 2, memang penyebabnya ialah habit atau kebiasaan mengkonsumsi gula berlebih. Padahal batas aman konsumsi gula tambahan menurut WHO, untuk rata-rata orang dewasa tidak lebih dari 4 sendok makan per hari, dan untuk anak-anak tidak lebih dari 6 sendok teh per hari.
      Sehingga diabetes militus tipe 2 belum tentu membutuhkan suntikan insulin, dikarenakan pankreas sebenarnya masih mampu untuk memproduksinya dengan baik. Hanya saja kepekaan pankreas sedikit berkurang dikarenakan pola hidup yang cenderung tinggi gula. Biasanya diabetes militus tipe 2 lebih disarankan menjaga pola makan rendah gula untuk mengembalikan resistensi atau kepekaan pankreas untuk memproduksi insulin ketika dibutuhkan.
      Jadi, tidak semua tipe diabetes militus itu faktor penyebab dan cara penanganannya sama ya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H