Mohon tunggu...
Ayu Ningsih
Ayu Ningsih Mohon Tunggu... lainnya -

Saya cuma seorang yang tidak ingin menjadi orang laen..sepertii apa dan bagaimana..karena apa yang saya punya..itu adalah yang terindah yang diciptakan TUHAN untuk saya.. Jadii bersyukurlah..dan tetap semangat..^^ http://nhieshe.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kota Layak Anak dan Difabel

14 Juli 2012   10:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:58 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kota layak Anak,,? Ngebayanginnya aja udah indah banget..Apalagi kalo itu bisa terwujud di Kotaku Tercinta--Solo.
Hmmm….tentu menyenangkan..
Dimana anak bisa bermain sambil belajar.
Dimana anak bisa terpenuhi hak-haknya sebagai makhluk hidup..^_^
Yah,hak anak jelas berbeda dengan hak orang-orang dewasa, walaupun mereka sama-sama makhluk hidup.
Hak untuk hidup, hak untuk tumbuh dan berkembang,bahkan hak untuk mendapatkan perlindungan.
Anak butuh itu semua..

Jika Kota Layak Anak bisa terealisasikan di Solo,,Bayangkan…betapa senangnya mereka sebagai anak.
Tapi..anak yang seperti apa..?
Semua hampir terfokus pada anak jalanan, anak putus sekolah, anak yang ditelantarkan, bahkan mungkin anak yang dilacurkan.
Lalu anak Difabel..??
Kemana anak yang berkebutuhan khusus ditempatkan..?
Apakah Difabel tidak pantas untuk mendapatkan hak-hak mereka..?
Rasanya space untuk Difabel terasa makin jauh..seperti mimpi..
Tidak ada yang memperjuangkan atau bisa dibilang sangat sedikit dan jarang yang mau menyuarakan tentang hak Difabel..menyuarakan tentang ruang public yang nyaman dan bisa diakses untuk mereka.

Mungkin bukan salah mereka yang “normal”, yang tidak peduli akan Difabel..
Namun mungkin saja karena memang Difabel sendiri yang terlalu menutup diri.
Jika memang seperti itu, bisakah itu menjadi satu alasan sehingga Difabel akhirnya seolah tenggelam..terlupakan..?
Kalo kalian tanya pendapatku,tentu aku akan berkata “Itu tidak bisa dijadikan alasan”
Kalo kita masih ingat akan keberadaan anak jalanan dan lainnya,kenapa kita tidak ingat akan mereka yang Difabel.?Padahal Solo adalah kota Rehabilitasi, dimana banyak Difabel disana.
Contohnya saja, Di depan salah satu Mall Di Solo..Bukankah disana--tepat di depannya terdapat satu tempat yang khusus untuk Difabel.
Rasanya agak aneh, kalo kita bilang “kita tidak tahu tentang keberadaan mereka.”

Apakah harus menjadi Difabel dulu sehingga kita baru mau merasakan dan ikut memperjuangkan hak-hak tersebut..?
Tentu tidak kan..?
Bukankah kesempurnaan yang kita miliki, membuat kita semakin peka terhadap mereka yang “berbeda”

Sudahlah…tidak perlu saling menyalahkan..
Sekarang, bagaimana semua bisa didapat secara adil dan tidak merugikan?
Aku tahu ada organisasi anak yang berdiri di Solo, semoga kelak organisasi itu bisa sedikit peduli akan Difabel dan ikut menyuarakan hak mereka sama seperti anak-anak lain.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun