Mohon tunggu...
nur hidayat
nur hidayat Mohon Tunggu... mahasiswa -

Aku pendatang baru di dunia menulis. Mungkin kehadiranku dapat merubah pengetahuan semua orang dengan ilmu seadanya. Karena kalianlah yang saling melengkapi ilmu ku yang sedikit ini. Semoga bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Membangun Konsep TURBA pada Jiwa Mahasiswa

26 Februari 2016   02:50 Diperbarui: 26 Februari 2016   03:08 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konsep “TURBA” (turun ke bawah) merupakan metode dalam berkarya yang diputuskan dalam “Kongres Nasional I Lekra” di Solo pada 1959. Termaktub dalam mukaddimah LEKRA yang berbunyi “Mengandjurkan pemahaman jang tepat atas kenjataan di dalam perkembangannja hari depannja, dan untuk setjara dalam mempelajari kebenaran jang hakiki kehidupan, dan untuk bersikap setia kenjataan dan kebenaran”.

Metode TURBA kemudian dijabarkan dalam “Tiga Sama”. Bekerja bersama, Makan bersama, dan tidur bersama. (tenang jangan berburuk sangka dulu pada LEKRA). Bagi LEKRA, sumber kreativitas dan ide adalah kenyataan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. TURBA atau turun ke bawah adalah cara untuk mempelajari mempelajari kenyataan itu. Bisa dibilang turba adalah semacam praktek kerja lapangan.

Di perguruan tinggi nampaknya telah ada semacam praktek kerja lapangan, berupa PPL, magang, KKN, dan sebagainya. Namun kenyataannya tak cukup efektif karena mahasiswa yang seharusnya bisa bebas tapi terbelenggu oleh sistem yang diciptakan perguruan tinggi. Terlebih perguruan tinggi saat ini diatur oleh intervensi pemerintah.

Banyak pejabat-pejabat yang bergelar sarjana, lulusan kampus ternama, tapi masih saja jadi pencipta sengsara.

Mahasiswa harus bisa bebas, penuh ambisi. Nampaknya mahasiswa mengabaikan satu hal, yaitu “hidup bersama rakyat”.

Kulihat mahasiswa kurang berinteraksi dengan orang yang baginya sedikit berbeda, entah dari penampilan, kekayaan dan keilmuaan. Rakyat dianggap orang biasa yang tak memenuhi itu semua.

TURBA nampaknya masih relevan jika diterapkan dalam kehidupan. Terlebih pada mahasiswa. Mahasiwa harus bisa merangkul rakyat, hidup bersama rakyat, mendengarkan keluh kesah rakyat. Seperti  yang dilakukan oleh seniman LEKRA beberapa tahun lalu. Dengan konsep TURBA, kita bisa tahu masalah yang dihadapi rakyat.

Sesekali seorang mahasiswa harus menerapkan konsep TURBA ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun