Pagi hari, aku pergi ke sawah untuk bantu budhe petik cabe (bukan cabe²an). Di tengah perjalanan, aku melihat padi-padi yang belum terlalu tua. Ada yang aneh dengan padi itu,"belum tua dan belum berisi kok sudah merunduk", gumamku dalam hati. Berbeda dengan filosofi padi yang biasa saya dengar "semakin tua semakin merunduk. Padi-padi yang saya lihat ini telah out of the pilosopi padi. Tentu saja ada sebab-sebab umum dan khusus.
Aku mikir keras apakah hal seperti ini juga terjadi pada manusia. Padi tersebut sudah jelas, merunduk karena serangan dari negara air yang diikuti sekutunya, yaitu negara angin. Manusia-manusia abad ini juga mengalami hal serupa. Merunduk di usia dini, sama halnya seperti padi ini. Belum tua sudah merunduk.
Manusia-manusia perunduk tidak serta merta merunduk dengan sendirinya. Ada faktor-faktor yang mengikutinya. Entah itu faktor internal maupun eksternal. Faktor internal berasal dari dalam, manusia perunduk yang diikuti faktor internal biasanya bawaan dari lahir, yang meliputi bungkuk atau yang lainnya. Manusia perunduk yang membawa faktor eksternal mudah dilihat, seperti manusia yang sedang mencari uang, kang pondok yang sedang nyari puntung rokok, atau manusia yang enggan berpapasan dengan mantan(baca setan), dan yang lebih parah, manusia yang jalan sambil menatap layar semaretporn(baca smartphone).
Manusia seperti itu terkesan sudah sangat lumrah di masa sekarang. Globalisasi dan perkembangan teknologi menjadi sebab utama manusia merunduk usia dini. Jalan merunduk, dua tangan di depan dada sambil pegang smartphone. Manusia tipe seperti itu sok sibuk banget. Terkesan sombong. Dan menjadikan manusia anti sosial.
Penerapan filosofi padi yang salah menyebabkan budaya sapa menyapa luntur. Manusia seperti itu lupa budaya sapa menyapa, lupa sebagai manusia indonesia yang pede dan ramah.
Yowes bene, yasudah biarkan saja mereka yang lupa akan indahnya sapa menyapa. Teknologi juga turut menyumbang ilmu di otakmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H