Â
Sampah begitu berserakan di negeri ini. Di gunung, di pantai, di jalanan, atau bahkan di hati orang-orang patah hati. Kotor lantaran ada sisa-sisa cinta. (bercanda kok)
Bukan hanya sampah plastik saja yang menjadi sorotanku ketika melihat sampah. Tapi juga sampah-sampah dari orang-orang yang hitam mulutnya (perokok). Puntung rokok di jalanan mungkin tak lebih banyak dari plastik sampah pada umumnya.Â
Para perokok umumnya tidak mengindahkan aturan. Ada larangan area tidak boleh merokok, tapi tetap saja tak mematuhinya. Hal ini mengganggu hak orang lain yang tidak merokok. Perokok terkadang juga membuang puntung rokok sembarangan.Â
Aku bukan ahli kimia yang tahu zat apa saja yang ada pada sebatang rokok. Aku juga bukan peneliti puntung rokok yang dibuang sembarangan apa akibatnya bagi kehidupan. Tapi aku punya firasat yang buruk dengan puntung rokok yang dibuang sembarangan. Ketika puntung rokok yang kita buang dimakan oleh ayam, disitu saya yakin terdapat zat-zat berbahaya pada diri ayam. Lalu ayamnya dimakan orang lain atau bahkan kita sendiri. Bahaya kan?
Ini bukan hanya tentang kesehatan, tapi tentang kondisi lingkungan yang indah dan nyaman. Saya juga perokok, saya merokok sembarangan, tapi saat saya bepergian tak lupa membawa botol kecil berbahan dasar kaca. Botol kecil itu ku gunakan untuk wadah puntung rokok.Â
Ayo. Buang sampah di tempatnya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H