Mohon tunggu...
Suyasa Jaya
Suyasa Jaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah Mahasiswa yang memiliki hobi non-akademik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Tuhan dengan Konsep Brahma Widya

20 Maret 2023   20:17 Diperbarui: 20 Maret 2023   20:30 3171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mengenali Tuhan dalam Konsep Brahma Widya.
Apa sih itu Brahma Widya? Dalam artikel ini kita akan menggali tentang konsep Brahma Widya dalam Agama Hindu. Brahma Widya merupakan konsep ilmu pengetahuan agama, khususnya agama hindu. Brahma Widya bisa dikatakan ilmu dasar mengenai keagungan, kesejatiaan segalanya mengenai Tuhan dalam Agama Hindu, mengapa begitu? 

Karena Brahma Widya jika kita telusuri mengenai dua kata tersebut, yang mana Brahma memiliki arti Tuhan (God) dan Widya artinya Pengetahuan (knowlegde), jadi dapat disimpulkan bahwa definisi Brahma Widya adalah ilmu yang membahas tentang Tuhan dalam Agama Hindu atau Kesejatian Tuhan dalam Agama Hindu, kesejatian yang dimaksud adalah membahas segala aspek-Nya. 

Brahma Widya atau bisa disebut Teologi, yang mana akar dari kata tersebut berasal dari kata Theos yang artinya Tuhan dan Logos yang artinya Ilmu, kedua kata tersebut digunakan dalam bahasa Yunani. Mempelajari Brahma Widya bertujuan untuk memahami Tuhan dan tidak salah mengartikan Tuhan. Dalam mendalami Ketuhanan, dapat kita perdalam melalui buku-buku suci Agama Hindu seperti Weda baik itu Weda Sruti,Smrti atau terjemahannya yakni Bhagawad-Gita.

Secara Historis, penulisan ajaran Agama Hindu bersumber dari Kitab-Kitab suci Hindu seperti Weda, baik itu Weda Sruti, Smrti, Sila, Acara, dan Atmanastuti. Ajaran Brahma Widya adalah ajaran yang diambil dari Kitab suci Weda Sruti dan Smrti. Kitab tersebut diyakini memuat sabda Tuhan yang diWahyukan kepada para Rsi atau Sapta Rsi penerima Wahyu Tuhan di zaman turunnya Weda. Jadi Weda adalah asal dari segala pengetahuan tentang Agama Hindu.

Brahma Widya sebagai ajaran Ketuhanan tersebut dimuat dalam Kitab Suci Weda Sruti ( Mantra, Brahmana, dan Aranyaka) disamping Kitab Mantra yakni Rg. Weda, Sama Weda, Yajur Weda, dan Atharwa Weda. 

Dari keempat mantra tersebut hanya Atharwa Weda yang diyakini memiliki kekuatan yang dahsyat karena dapat langsung menjadi kenyataan jika diucapkan, hal tersebut membuat kitab tersebut tidak disebarluaskan karena takut disalahgunakan oleh orang yang salah, kemudian ada Bhagawad-Gita yang merupakan terjemahan Weda yang menggunakan bahasa Sansekerta diterjemahkan ke bahasa Indonesia, lalu ada kitab Mahanirwana Tantra, Jnana Siddhanta, dan Brahma Sutra, kitab brahma sutra ini adalah kitab yang paling banyak membahas tentang Ketuhanan karena bisa diartikan arti judul kitab tersebut. Menggali sumber filosofi dari konsep Brahma Widya diatas, erat kaitannya tentang pentingnya mempelajari ajaran Tuhan untuk mengerti dan memahami tentang Tuhan. 

Dalam memahami arti tentang dan mencoba mendekatkan diri kepada Tuhan, seorang penganut atau penghayat akan dapat bagaimana cara memuja-Nya dengan mengurangi sedikit kesalahan-kesalahan. Memahami tentang Tuhan kita juga harus berkonsentrasi terhadap pikiran, pikiran harus fokus memikirkan tentang Tuhan baik itu melalui luar daya jangkau atau pikiran manusia (Nirguna Brahma) maupun melalui posisi yang bisa dijangkau oleh manusia (Saguna Brahma).

Dalam kategori pandangan, konsep Brahma Widya dapat dipandang sebagai berikut :
1. Animisme : Pandangan bahwa semua alam semesta ini mempunyai Roh/Jiwa ( Roh adalah wujud tak kasat mata atau nonfisik yang hidup abadi di alam semesta ) dari sifat abadi tersebut diyakini bahwa roh pendahulu diyakini membimbing mengarahkan keturunannya menuju kebahagiaan hidup.
2. Dynamisme : Pandangan bahwa adanya roh-roh suci, benda, dan tempat sakral yang berarti di dunia ini semua memiliki kekuatan (kekuatan alam), dari keyakinan tersebut timbulnya gerakan menjaga tempat-tempat sakral  di suatu daerah.
3. Polytheisme : Pandangan tentang banyaknya Tuhan, dan Tuhan tersebut mempunyai sifat-sifat tersendiri, jika ingin memuja Tuhan ini maka harus berpindah tempat sesuai yang diyakininya. Max Muller (pemimpin missionaris Jerman), karena kebingungannya memahami konsep kitab suci Rg.Weda, ia memodelkan ajaran tersebut dengan Kanthenoisme.
4. Monotheisme : Pandangan mengenai adanya satu Tuhan saja, monotheisme terdapat 2 macam yakni :
•Monotheisme Absolut yang bersalah satu bercirikan Tuhan berwujud tunggal dan bersifat personal serta memiliki jenis kelamin Laki-Laki, memiliki tempat sendiri yaitu sorga, tidak boleh dipuja sebagai saudara atau adik melainkan harus di paling tua'kan.
•Monotheisme non-Absolut yang bersalah satu bercirikan Tuhan berwujud tunggal tetapi boleh dipuja dalam banyak nama serta boleh diposisikan sebagai keluarga baik itu ayah atau ibu, Tuhan yang tunggal memiliki berbagai manifestasi dan perwujudan, tidak menentukan segalanya melainkan menentukan beberapa takdir seperti umur makhluk hidup dan bahkan planet.
5. Pantheisme : Konsep Ketuhanan yang menyatakan bahwa jiwa atau roh dalam makhluk hidup dapat kembali ke penciptanya(Tuhan), selain itu, Tuhan dapat mengambil perwujudan dalam berbagai bentuk duniawi, seperti manusia, manusia setengah hewan, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Umumnya perwujudannya yang diambil Tuhan yakni :
• Anthrophomorpes adalah tuhan yang mengambil wujud manusia super seperti Sri Krishna
• Semi anthrophomorpes adalah tuhan yang mengambil wujud manusia setengah binatang seperti Ganesha
•Unanthrophomorpes adalah tuhan yang mengambil wujud binatang dan tumbuh-tumbuhan seperti Awatara Matsya, Awatara Kurma.
6. Henotheisme : Pandangan atau kepercayaan ini menyatakan bahwa Dewa yang banyak itu tunggal adanya dan yang tunggal itu banyak adanya, ciri-ciri konsep ini adalah Tuhan ada di segala posisi yang menyatu dengan-Nya, keberadaan Tuhan adalah posisi netral dan memenuhi alam semesta, Tuhan merupakan perwujudan keindahan seluruh alam, dalam kehidupan beragama senantiasa disertai nilai-nilai keindahan.
7. Monisme : Kepercayaan bahwa Tuhan itu tunggal tetapi nelingkupi seluruh alam semesta dan Tuhan juga adalah inti dan kesejatian dari segala yang ada atau apapun itu asalnya dari Tuhan. Dalam Brhad Aranyaka Upanisad "Sarwam khalu idam Brahman" yang artinya segalanya ada dalam Tuhan dan Tuhan ada dalam segalanya dalam makhluk hidup.
8. Atheisme : Tidak berTuhan/perlu lagi mencari Tuhan, karena yang bersangkutan telah sampai kepada Tuhan, atheisme ini berbeda dengan konsep Karl Mark yang tidak percaya akan adanya Tuhan.

Dalam pemujaan Brahma Widya atau Tuhan dalam dua model, yakni :
1. Nirguna Brahma atau Trancedental (Impersonal God) yang berarti Ida Sang Hyang Widhi dipuja/dihayati dalam posisi 'acintyarupa' (diluar kemampuan pikir manusia). Ida Sang Hyang Widhi Wasa serba maha, serba bukan, serba seluruh, dll. Sang Hyang Widhi Wasa serba diluar jangkau pikiran manusia dan makhluk lain, yang dalam teks Kawi dinyatakan "tan kagrahita dening manah mwang indriya". [ Rg.Weda X.90.1 ].
2. Saguna Brahma atau Immanen (Personal God) yang berarti Ida Sang Hyang Widhi Wasa dipuja/dihayati dalam posisi berwujud sehingga dapat dijangkau oleh rasa dan pikiran manusia, dalam posisi ini disebut 'namarupa'. Beliau dipuja  dalam seribu gelar/nama 'sahasranama' [ Rg.Weda I.146.46 ]. Pemujaan model ini disebut "Saguna Upasana". Diantaranya beberapa gelar/nama-Nya seperti Sang Hyang Acintya (Ia yang tak terpikirkan), Sang Hyang Jagatnatha (Ia yang menjadi raja segala raja), Sang Hyang Jagatkarana (Ia yang menyebabkan adanya alam semesta), dsb.

Dalam sarana pemujaan, dalam konsep Brahma Widya dapat digunakan melalui canang, canang adalah upakara yang sangat sering digunakan dalam kehidupan beragama khususnya yang beragama Hindu di Bali, canang digunakan sebagai haturan atau pujaan terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segalanya yang ia ciptakan dan memberi manfaat dalam kehidupan, canang terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Kawi yaitu "ca" yang berarti indah dan "nang" yang berarti tujuan, canang merupakan penjabaran nilai-nilai kitab suci Weda yang terdiri dari ceper, porosan, dan bunga.

Sisi lain pemujaan, terdapat mantra-mantra dalam konsep Brahma Widya, yakni mantra-mantra yang ada dalam Atharwa Weda, dalam kitab Atharwa Weda terdapat banyak mantra-mantra yang sakti dan kuat, bahkan diantaranya dapat memusnahkan atau menjadi penawar dari penyakit seperti gangguan alam, atau penyakit yang dibuat oleh manusia atas dasar sifat iri dengki. Mantra yang ada dalam Atharwa Weda ini merupakan salah satu cara agar kita bisa mendekatkan diri kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, namum mantra Atharwa Weda ini jarang ada terjemahannya karena saking kuatnya mantra tersebut sehingga dirahasiakan agar tidak disalahgunakan oleh orang yang memiliki niat buruk kepada makhluk hidup

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun