Bagi sebagian orang, berpuasa itu terasa berat. Sedangkan bagi sebagian yang lain, bahkan anak-anak sekalipun, terasa sangat ringan. Dari tinjauan kesehatan, puasa sebagaimana yang dilakukan pada bulan Ramadhan ini justeru menyehatkan. Siapa pun bisa melakukannya dengan aman.
Lalu, mengapa ada orang yang merasa berat melakukannya? Berat-ringannya berpuasa itu tergantung pada motivasinya. Jika motivasi untuk meraih tujuan puasa lebih kuat dari sekedar menahan lapar dan haus, maka puasa terasa ringan. Tetapi, jika berfokus pada persepsi bahwa puasa itu adalah pengekangan, maka puasa akan terasa berat.
Sebelum lebih jauh bahasan ini, kita tinjau lebih dulu tentang diri kita sebagai manusia. Manusia itu terdiri atas tiga unsur utama: jasad, ruh dan jiwa.
Unsur jasad, sebagaimana diinformasikan oleh Allah di dalam Al Qur'an surat ke 21 (Al Anbiyaa’) ayat 08:
"Dan tidaklah Kami jadikan mereka tubuh-tubuh yang tiada memakan makanan, dan tidak (pula) mereka itu orang-orang yang kekal."
Jasad atau tubuh kasar kita terbuat dari bahan dasar sari-pati tanah. Ia bisa tumbuh dan berkembang dari bahan-bahan itu.
Unsur ruh, sebagaimana diinformasikan oleh Allah di dalam Al Qur'an surat ke 32 (As Sajdah) ayat 09:
"Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur."
Juga di dalam surat ke 17 (Al Israa') ayat 85:
"Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah, "Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit"."
Ruh, tidak seorang pun yang mengetahui dengan benar kecuali hanya sedikit. Itu adalah rahasia Allah, hanya Allah yang mengetahui. Orang biasanya menyebut sebagai daya hidup, yang membuat manusia bisa hidup.
Unsur jiwa, Â sebagaimana diinformasikan oleh Allah di dalam Al Qur'an surat ke 81 (At Takwiir) ayat 07:
"Dan apabila jiwa-jiwa dipertemukan (dengan tubuh)"
Juga dalam surat ke 91 (Asy Syams) ayat 07-10:
"Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya."
Jiwa ini menjadikan manusia bisa menjalani fungsi kehidupannya. Ia memiliki kehendak, kemampuan berpikir dan bernalar dan merasakan. Jiwa ini yang mendorong manusia untuk mengambil keputusan dan melakukan atau tidak melakukan sesuatu.