Mohon tunggu...
ngopi dulu
ngopi dulu Mohon Tunggu... -

Senang ngobrol hal2 yang ringan aja, karena otak nggak nyampe untuk dipakai mikir yang terlalu berat.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mobil Hibrida dan Sepeda Onthel

2 Januari 2010   02:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:40 1545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa hubungan mobil hibrida dan sepeda onthel? Silakan baca terus artikel ini.

Mobil hibrida bukan barang baru tentunya. Mobil jenis ini sudah muncul di pasaran sejak lama, dan saya yakin banyak sekali yang sudah akrab dengan teknologi ini. Namun saya mengadakan survey kecil-kecilan dan akhirnya berkesimpulan bahwa tidak semua orang tahu persis bagaimanakah mobil hibrida bisa menghemat bensin secara drastis. Saya menelusuri beberapa artikel lokal tentang mobil hibrida ini, dan saya lihat cara kerja mobil hibrida ini seringkali tidak dijelaskan secara utuh. Dari sinilah saya ingin berkontribusi sedikit dengan menulis artikel ini.

Kita mulai dari definisi dahulu, sebab terkadang istilah hibrida ini rancu dengan berbagai istilah dan definisi lain. Mobil hibrida yang saya maksud di sini adalah mobil yang digerakkan oleh dua sumber energi, yaitu mesin listrik dan mesin bensin konvensional. Mobil hibrida ini masih dibagi menjadi dua jenis lagi, yaitu hibrida tradisional dan plug-in hybrid (akan dijelaskan nanti). Contoh dari merek mobil yang menggunakan mobil hibrida misalnya adalah Toyota Prius, Honda Insight dan Ford Escape. Konsumsi bahan bakar tentunya irit, jauh lebih irit dibandingkan dengan mesin konvensional. Dengan jumlah liter bensin yang sama, mobil hibrida bisa menempuh jarak lebih jauh, mungkin mencapai 2 kali lipatnya, untuk pemakaian dalam kota.

Untuk sedikit mengenang masa lampau, sekarang mari kita melompat sedikit ke belakang, menengok teknologi usang sepeda onthel. Jaman dahulu, sewaktu para ABG masih naik sepeda onthel, penerangan jalan tentunya tidak sebaik sekarang. Jalan-jalan gang tentunya gelap gulita, dan berbahaya bagi pengedara sepeda. Apa solusinya? Memasang lampu pada sepeda tentunya. Tapi jaman dahulu susah mencari batere kan? Karena itulah pembuat sepeda onthel menggunakan dinamo. Tentunya kita semua tahu bahwa dinamo ini sebenarnya adalah pembangkit energi listrik mini, yang tentu saja bisa digunakan untuk menyalakan lampu sepeda, tanpa batere! Caranya adalah dengan memutar dinamonya, mengubah energi gerak menjadi energi listrik. Karena dipasang di sepeda, tentunya sederhana saja untuk memutar dinamo, yaitu dengan menyambungkannya ke ban sepeda. Saat ban sepeda berputar maka dinamo ini ikut berputar menghasilkan listrik. Saat nggak membutuhkan lampu, dinamonya tinggal digeser ke samping supaya tidak terhubung ke roda.

Saya dulu waktu kecil pernah punya sepeda seperti ini (tidak, saya belum setua itu kok), tapi saya dulu nggak pernah bisa menyalakan lampunya. Kenapa? Karena saat dinamonya dihubungkan ke ban sepeda, sepedanya jadi berat minta ampun untuk digenjot! Butuh energi ekstra untuk bisa menjalankan sepeda sekaligus menyalakan lampu. Jadi memang genjotan pengendara sepedalah yang menyalakan lampu.

Sekarang, bagaimana kalau kita kreatif sedikit dengan berandai-andai? Karena dinamo sepeda ini membuat genjotan sepeda jadi berat, bagaimana kalo kita pakai dinamo untuk menggantikan rem? Jadi saat kita ngerem sepeda, kita buat supaya roda sepedanya tersambung ke dinamo. Karena dinamo ini tentunya menghambat laju sepeda, setiap kita ngerem, sepeda kita akan berhenti karena terhambat dinamo, dan dalam waktu bersamaan juga menghasilkan energi listrik!! Dan kalu saja dinamo itu dihubungkan ke batere, maka kita akan punya battery charger instan di sepeda kita!! Energi listriknya gratis, genjotan juga nggak tambah berat karena dinamonya hanya dipakai saat kita ngerem.

Ternyata, teknologi seperti inilah yang diterapkan di mobil hibrida (dalam implementasinya jauh lebih rumit tentunya). Saat mobil direm, motor elektrik secara otomatis akan mengisi ulang batere, dan listrik dari batere ini digunakan kembali untuk memutar motor elektrik dan membantu mobil bergerak, terutama saat bergerak di kecepatan rendah. Saat kondisi jalanan macet, mesin bensin akan mati sama sekali, dan hanya energi listrik yang menjalankan mobilnya, kecuali saat listrik habis, maka mesin konvensional yang akan mengambil alih.

Ditinjau dari konversi energi, sebenarnya yang kita lakukan adalah "menyimpan" energi kinetik dalam suatu wadah. Bayangkan saat mobil mau jalan dari kondisi diam, kita memberikan energi kepada mobil supaya bisa berjalan. Saat berjalan, tentunya mobil tersebut sudah memiliki energi kinetik. Apa yang terjadi saat mobilnya di-rem? Energi kinetik tentu tidak akan bisa hilang (hukum kekekalan energi), namun hanya terkonversi menjadi bentuk energi lain. Dalam mobil konvensional, tentunya energi kinetik ini terkonversi menjadi hal-hal yang merugikan kita: ban jadi botak, kampas rem habis, cakram rem jadi panas, dll. Semuanya merugikan kita!! Nah, daripada energinya malah terpakai untuk menghabiskan kampas rem, beberapa orang kreatif di dunia otomotif malah menyimpan energi itu ke dalam batere, untuk kemudian digunakan lagi nantinya.

Karena energi listrik diperoleh dari pengereman, maka penghematan dari mobil hibrida ini tentunya akan optimal saat di dalam kota, saat kita melakukan akselerasi - rem secara terus menerus. Sedangkan untuk luar kota, tentunya konsumsi bahan bakarnya tidak akan berbeda jauh dengan mobil konvensional.

Bagaimanapun juga, tekonologi mobil hibrida semacam ini hanyalah teknologi transisi, karena mobil hibrida tidak bisa jalan tanpa bensin (walaupun jauh lebih irit). Ke depannya, kita ingin mobil yang sama sekali tidak butuh bahan bakar fosil. Sekarang ini sudah mulai dikembangkan mobil hibrida dengan konsep yang berbeda, sering disebut sebagai plug-in hybrid. Jadi, mobil hibrida yang saya uraikan di awal artikel ini justru mulai disebut sebagai traditional hybrid (hibrida tradisional). Pada mobil plug-in hybrid, mobil benar-benar digerakkan oleh mesin listrik, dan mesin bensin hanya digunakan sebagai back-up apabila batere habis. Konsekuensinya, batere harus diisi ulang dengan cara konvensional, dengan menggunakan colokan listrik. Seiring dengan kemajuan teknologi penyimpanan listrik, kelak konsep mobil hibrida inipun akan tergantikan dengan 100% energi listrik.
Terakhir, kenapa mobil hibrida ini harganya mahal? Bukan, bukan karena konspirasi perusahaan minyak yang ingin konsumpsi bensin tetap tinggi!! Tapi, mobil jenis ini mahal karena komponen-komponennya lebih banyak dan lebih rumit dibanding mobil konvensional. Beberapa negara maju menerapkan pajak lebih rendah untuk mobil hibrida, tapi tetap tidak dapat mengkompensasi mahalnya harga mobil itu sendiri. Ramah lingkungan memang lebih mahal!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun