Mohon tunggu...
Angga Ardiyansyah
Angga Ardiyansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pekerja Bebas

Seorang mahasiswa yang mencoba mencurahkan pemikiran dan mengabadikan hidup, pengalaman hingga opini melalui tulisan dengan sejelas mungkin. Semoga tulisan yang dihasilkan dapat dicerna dan bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Mixue si Penguasa Pangsa Pasar F&B di Indonesia

3 Januari 2023   14:53 Diperbarui: 3 Januari 2023   15:06 3569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mixue dan Snowking sebagai Maskot (sumber: smartbintaro.com)

Perkembangan Industri bisnis Food and Beverage (F&B) di Indonesia kian hari kian berkembang. Salah satu bisnis tersebut adalah minuman boba. 

Minuman boba di Asia Tenggara termasuk Indonesia merupakan salah satu pangsa pasar terbesar dengan menyentuh angka 43% dengan mayoritas konsumen berasal dari generasi muda sebesar 41%.

Ditambah lagi, akhir-akhir ini sedang hangat-hangatnya pemberitaan mengenai perkembangan pesat gerai Mixue di Indonesia yang disebut oleh netizen sebagai "pemburu ruko kosong". 

Mixue -- Mixue Bingcheng nama lengkapnya -- merupakan perusahaan asal China di bidang F&B yang berfokus pada penjualan Es Teh dan Es Krim (sesuai dengan slogannya yakni Ice Cream & Tea). Hingga saat ini gerai Mixue telah menjamur kemana-kemana dan tercatat mencapai lebih dari 20.000 gerai di Asia dan ratusan gerai yang tersebar di seluruh Indonesia.

Sejarah Mixue

Mixue didirikan pertama kali oleh Zhang Hongchao pada tahun 1997 yang pada saat itu masih berstatus sebagai mahasiswa di salah satu kota di Zhengzhou, China. 

Awal mula sebelum berdirinya Mixue, Zhang bekerja paruh waktu dengan menjual es serut di sebuah toko minuman. Dari pengalamannya berjualan es serut, Zheng mendapatkan ide dan peluang bisnis sehingga memberanikan diri untuk terjun dalam bisnisnya sendiri dengan bermodalkan uang dari neneknya.

Pada permulaan bisnisnya, Zheng menjual produk es serut, es krim, smoothie, dan teh. Akan tetapi, dengan modal yang terbatas ditambah lagi dengan faktor musim panas dan dingin sehingga membuat bisnis pertama Zheng gagal dan harus tutup.

Akan tetapi, Zheng tidak berhenti sampai disitu saja. Pada tahun 1999, Zheng memulai bisnisnya kembali dengan mendirikan toko es serutnya kembali dengan nama Mixue Bingcheng. Jatuh bangun ia lalui dengan konsisten dan kompeten selama kurang lebih 7 tahun hingga pada tahun 2007 ia menemukan pangsa pasarnya. 

Dikarenakan pada saat itu juga bertepatan dengan mendekati terselenggaranya olimpiade beijing (2008) yang mempopulerkan es krim berbentuk obor (es krim cone) sehingga menunjang peningkatan harga jual es krim di China. Oleh karena itu, fenomena tersebut menjadi ide dan peluang bisnis yang dieksekusi dan formula dirancang oleh Zheng tersendiri.

Berdasarkan formula tersebut, menjadi titik balik perkembangan pesat bisnis Mixue tersebut. Perkembangan pesat membuat demand konsumen yang tidak terkendali. Oleh karena itu, faktor tersebut dimanfaatkan Zheng untuk membuka bekerja sama dengan berbagai pihak dengan membuka waralaba (Franchise) yang berkembang di Asia terutama Indonesia hingga saat ini.

Perkembangan Mixue

Dengan tersebarnya gerai Mixue melalui kerja sama waralaba yang tersebar di dunia terutama di Asia Tenggara dan sebagian besar di Indonesia menandakan bahwa Indonesia merupakan pangsa pasar yang tepat bagi Mixue dalam melebarkan sayapnya. Bahkan, peningkatan gerai Mixue diprediksi akan mencapai angka 30.000 di tahun 2022 dan 2023 mendatang.

Mixue di Indonesia sendiri sangat digandrungi oleh berbagai kalangan dari yang muda hingga yang tua. Ditambah lagi dengan berbagai macam jenis menu yang tersedia dengan harga yang terjangkau menjadi salah satu kelebihan Mixue dalam mengendalikan pasar.

Kunci Kendali Harga Pasar Mixue

Seperti yang diketahui, Mixue menyediakan berbagai jenis menu dengan harga yang terjangkau mulai dari 8 ribu saja. Tentunya terjangkaunya harga menu Mixue ditentukan oleh berbagai faktor.

Faktor utamanya adalah pengolahan bahan mentah, logistik hingga pergudangan yang dilakukan tanpa melibatkan pihak ketiga sehingga dapat menekan biaya produksi hingga 20% dari semula dan jika melibatkan pihak ketiga. 

Kegiatan produksi dilakukan  dilakukan di dapur pusat yang terletak tidak jauh dari pihak pemasok. Dari penekanan biaya produksi tersebut maka akan menjaga harga Mixue tetap terjangkau sehingga dengan bermainnya Mixue pada harga terjangkau akan meningkatkan angka penjualan.

Harga yang terjangkau tersebut tidaklah terbatas pada penarikan minta konsumen, tetapi juga pada orang yang menghendaki kerja sama waralaba (franchise) dengan Mixue. 

Semakin banyaknya waralaba yang terjalin maka gerai akan semakin banyak, hal inilah yang menjadi bukti perkembangan pesat Mixue di Indonesia sehingga Mixue makin dikenal. 

Ditambah lagi dengan strateginya berjualan di toko-toko sederhana seperti ruko bukan pada mal atau semacamnya sehingga biaya sewa, tenaga kerja, dan biaya operasional akan lebih rendah daripada pihak kompetitor lainnya. Hal ini berdampak positif melihat banyaknya lapangan pekerjaan yang terbuka terutama di Indonesia dengan angka pengangguran yang cukup tinggi.

Penutup

Berdasarkan perkembangan pesat Mixue hingga saat ini, Apakah eksistensi Mixue akan bertahan dan terus berkembang pesat mengalahkan kompetitor besar lainnya? Jika ini terjadi maka menandakan kalangan bangsa Asia yang menjajah Indonesia dalam sejarah bertambah satu sehingga total dua, yakni Jepang dan Mixue.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun