Mohon tunggu...
Wisanggeni
Wisanggeni Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

rawat-rawatlah ibu pertiwi ......................... tempat berlindung di hari tua .......................... sampai akhir menutup mata .......

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Dan Babi Semakin Membuta..

19 Februari 2017   08:27 Diperbarui: 19 Februari 2017   11:43 746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

kalian ridho hutan ini dikuasi, dikangkangi dan dipimpin seekor babi?” suara serak onta tua itu bergetar lirih terdengar seperti sedang berbicara pada dirinya sendiri.

ane sudah maghrib, menjelang isyak malah, terserah kalianlah yang muda muda” onta tua itu berujar dengan terisak.

Seluruh penghuni hutan terdiam.

Gerombolan babi, serigala, buaya, dan hewan mengerat segera merapatkan barisan, berdiri kokoh dibelakang babi dengan status siaga-1.

Babi, sang maestro berdiri di depan tegak penuh jumawa.

Babi sang maestro ini telah dibutakan oleh nafsu berkuasa. Dari dulu bangsa babi kenal adigum babi boleh kaya, tapi haram berkuasa. Leluhur babi banyak yang bergelimang harta namun begitu paria didepan kekuasaaan. Didepan kekuasaan para babi harus terus merunduk, kadang bersimpuh, melata, mengemis agar bangsa babi tidak diusir dari hutan.

Inilah spirit yang dibawa oleh babi maestro. Membuat adigum baru, babi boleh kaya sekaligus berkuasa. Mencetak sejarah emas yang akan dicatat generasi keturunan babi.

elo harus tetap maju, sebab elo cuman bisa maju, babi tidak pernah jalan mundur” bisik serigala ke telinga babi. Liurnya menetes-netes membayangkan pesta malam yang pasti digelar jika babi terpilih jadi raja hutan.

Babi terkekeh, mengangguk keras. “tentu bro, now or never” sahut babi.

aku join juga bro” kata buaya sambil mengatup ngatupkan moncongnya, ekornya mengibas ngibas penuh tenaga,  pertanda siap bertarung sampai ajal.

Hutan kembali senyap mencekam, seluruh penghuni hutan larut dalam kecemasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun