Beberapa hari yang lalu, tepatnya tanggal 8 November 2014, Masyarakat Desa Rakitan Kecamatan Banjarmangu, Banjarnegara menggelar sebuah acara budaya yaitu Festival Sungai Merawu untuk yang pertama kalinya. Aneh juga saat pertama kali mendengar kabar akan adanya acara ini. Sebab yang saya dengar, acara ini digalang oleh pemuda setempat dan murni hasil kerja keras mereka dalam mempersiapkannya selama beberapa hari saja. Luar biasa........ Desa Rakitan adalah sebuah desa yang masuk wilayah Kecamatan Madukara (meskipun pada dasarnya lebih dekat ke Kecamatan Banjarmangu daripada ke Kecamatan madukara itu sendiri), berjarak sekitar 6 km dari pusat kota Banjarnegara ke arah Selatan. Akses untuk menuju ke sana pun sangat mudah, karena dilalui jalan utama menuju wilayah Selatan dan wilayah Atas kabupaten Banjarnegara.
Menurut ketua Panitia, Setyo Bangun Suharto, festival ini bertujuan untuk mengingatkan masyarakat melestarikan salak jantan. Sebab keberadaan salak jantan ini semakin hari semakin menurun. Padahal tanpa penyerbukan dengan serbuk sari salak jantan, salak pondoh tidak bisa berbuah.Dia meminta para petani salak, khususnya di Desa Rakitan, jangan hanya menanam salak betina yang bisa berbuah, namun juga menanam salak jantan di terasiring. Pada saat langka, serbuk sari dijual dengan harga mahal, sehingga menanam salak jantan juga memiliki manfaat ekonomis. Acara dimulai sekitar pukul 14.00 WIB, dengan menggelar (sekaligus melombakan) kesenian tradisional "tek-tek" dari seluruh penjuru Banjarnegara, kemudian di sela sela acara tersebut muncul Dua Pengantin Salak yang diarak oleh warga masyarakat mengelilingi desa menuju ke tempat utama pelaksanaan Festival yaitu lapangan Desa Rakitan. Pengantin Salak yang dimaksud adalah Dua buah gunungan setinggi kurang lebih 2 meter yang terbentuk dari salak pondoh produk asli desa Rakitan yang disusun sedemikian rupa. Pengantin ini didatangkan lengkap dengan gelaran berbagai macam makanan hasil bumi lainnya yang berbahan dasar non beras. Benar saja, Usai diarak, pengantin salak ini langsung diperebutkan warga yang sejak pagi menunggu prosesi ini di lapangan desa. Meskipun turun hujan, namun tidak mengendurkan antusiasme warga berebut gunungan salak dan ubo rampenya itu.
*Artikel ini bisa dibaca juga di blog pribadi saya.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H