Oleh Ngainun Naim
Sebelum kehadiran dunia maya, menulis membutuhkan mental perjuangan yang tidak ringan. Jika sebuah tulisan ingin dibaca oleh banyak orang, pilihan yang paling strategis adalah menulis di media massa cetak. Dengan tingkat persebaran yang luas, tulisan di media massa cetak akan dibaca oleh ribuan orang di berbagai tempat.
Tetapi harap dipahami bahwa menulis di media massa cetak itu memiliki tingkat kompetensi yang tinggi. Ruang yang tersedia sangat terbatas, sementara penulisnya membeludak. Biasanya satu hari hanya tersedia satu artikel. Artikel yang beruntung akan dimuat dan yang lainnya berarti masuk ’tong sampah’. Pada titik inilah seorang penulis di media massa cetak di massa sebelum internet memiliki akses terbatas untuk menayangkan tulisannya ke publik.
Kini kondisinya sudah berubah. Media massa cetak mendapatkan persaingan yang ketat dari berbagai media di internet. Jika sebuah tulisan ditolak oleh media massa cetak, saat itu juga bisa di-up load di internet, baik blog, facebook, twitter, dan sejenisnya. Seseorang tidak perlu menunggu antri yang panjang dan berkompetisi yang ketat.
Saya sendiri sekarang ini relatif jarang mengirimkan tulisan ke media massa. Konsentrasi saya sekarang ini lebih pada menulis buku dan menulis refleksi yang kemudian saya tayangkan di beberapa jejaring sosial. Bagi saya, menulis refleksi—seperti tulisan ini—memiliki sensasi tersendiri dalam proses pembuatannya. Entahlah, menulis itu memang menarik dan menggetarkan.
Tulisan refleksi saya buat setiap hari. Itu karena menjadi resolusi pribadi saya yang saya rumuskan di akhir tahun kemarin. Soal up loadÂ-nya memang fleksibel. Saya hanya bisa menayangkan tulisan saat di kantor. Di rumah agak sulit mengakses internet. Saya pernah memiliki modem tetapi kemudian tidak aktif saya gunakan karena males mengisi pulsa.
Adapun media tempat saya menayangkan tulisan adalah: pertama, facebook. Di akun FB ini, www.facebook.com/ngainun.naim.7, saya sering menayangkan catatan refleksi saya. Bagi saya, catatan refleksi yang kemudian saya tayangkan di FB memiliki makna yang penting. Biasanya orang menulis status di FB yang sifatnya spontan sehingga kadang hal-hal yang kurang penting pun ditayangkan. Sesungguhnya itu bukan persoalan. Semuanya kembali ke pribadi masing-masing. Bagi saya pribadi, menulis agak panjang dalam status refleksi lebih memenuhi rasa puas secara psikologis.
Kedua, saya juga menayangkan tulisan saya di blog pribadi saya, yaitu http://ngainun-naim.blogspot.com. Blog pribadi ini berisi lebih dari 250 catatan dan telah dikunjungi lebih dari 23.000 orang. Sebagai pendatang baru, saya merasakan bahwa blog ini telah menjadi media berbagi ilmu dan pengalaman kepada masyarakat secara luas.
Ketiga, tulisan yang sama biasanya juga saya bagi di blog keroyokan Kompasiana. Akun saya adalah www.kompasiana.com/ngainun-naim.berbagi. Di blog ini, tulisan saya sekitar 160-an buah. Memang belum terlalu banyak dibandingkan para kompasianer yang lainnya, tetapi sudah cukup lumayan buat saya.
Keempat, saya juga menyebarkan ’kicauan’ tentang tulisan di alamat twitter saya, yaitu: @naimmas22. Media ini memiliki persebaran yang luas, walaupun jumlah karakter hurufnya sangat terbatas.
Itulah beberapa media tempat saya menayangkan tulisan. Silahkan bagi pembaca sekalian mengaksesnya. Semoga ada manfaat yang bisa diperoleh. Amin.
Sambidoplang, Minggu pagi, 19 Januari 2014
Ngainun Naim
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H