Mohon tunggu...
Ngainun Naim
Ngainun Naim Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Penulis buku JEJAK INTELEKTUAL TERSERAK (2023). Dosen UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung Jawa Timur. Pengelola http://www.spirit-literasi.id. dan http://www.ngainun-naim.blogspot.com.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Buku dan Persahabatan

28 Mei 2024   14:47 Diperbarui: 28 Mei 2024   14:55 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri: Bersama Prof. Dr. M. Sholikhan, M.Ag. 

Anotasi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai catatan yang dibuat oleh pengarang atau orang lain untuk menerangkan, mengomentari, atau mengkritik teks karya sastra atau bahan tertulis lain. Saya biasanya memberikan warna di teks yang menarik dan memberikan catatan di pinggirnya. Bisa di teks buku, bisa juga ada kertas lain yang kemudian saya tempelkan dalam naskah.

Cara membuat anotasi, sejauh yang saya tahu, tidak ada aturannya. Bebas saja. Intinya kita ingin menandai sebuah teks dan memberikan catatan tertentu.

Ada banyak cara saya dalam mendapatkan buku cetak. Ada yang beli, ada yang diberi. Beli bisa secara langsung ke toko buku, bisa secara online.

Beberapa waktu lalu, saat pulang kerja, sudah ada dua judul buku dalam bungkus putih. Ruangan yang ada di bagian belakang rumah ini menjadi tempat yang saya tuju saat pulang. Tentu setelah menyapa istri dan anak anak.

Di meja kerja ini biasanya diletakkan barang kiriman atau undangan. Dominasi kiriman yang saya terima adalah buku. Ini wajar karena saya memang menyukai buku sejak lama. Buku demi buku terus datang ke rumah meskipun harus jujur saya akui bahwa jumlah yang mampu saya baca baru sebagian kecil. Lebih banyak yang belum dibaca dibandingkan dengan yang sudah dibaca. Kesibukan biasanya yang menjadi alasan. Padahal jika ada waktu luang juga belum tentu dimanfaatkan untuk membaca.

Ikhtiar mengoleksi buku sudah saya lakukan sejak lama. Seingat saya, saya mulai membeli buku di tahun 1994. Namun demikian bukan berarti koleksinya utuh. Sebagiannya tidak ada. Ada yang rusak, dipinjam tidak kembali, hilang atau sengaja saya berikan karena sebuah pertimbangan.

Sekarang ini saya cukup selektif. Jika pun membeli buku, ada pertimbangan yang cukup matang. Salah satu pertimbangannya adalah tempat yang sudah sesak.

Dokpri: kiri ke kanan: Mukani, Saya, dan Budi Harianto
Dokpri: kiri ke kanan: Mukani, Saya, dan Budi Harianto

Prof. Dr. M. Sholikan, M. Ag.

Saya mengenal nama Prof. Dr. M. Sholikan, M. Ag. Pada tahun 2017-an. Saat itu beliau menjadi Ketua LP2M UIN Walisongo Semarang. Beliau merupakan salah satu Ketua LP2M yang cukup kritis. Pemikiran beliau cukup mewarnai dalam setiap pertemuan. Segar, kritis, dan kreatif menjadi ciri pemikiran beliau.

Tahun 2019 beliau menyelesaikan tugas sebagai Ketua LP2M. Namun demikian bukan berarti tugas beliau berkurang. Beliau aktif di berbagai kegiatan ilmiah, sosial, pendidikan, dan keagamaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun