Tugas akhir studi (skripsi, tesis, dan disertasi) tidak akan selesai dengan hanya dipikir. Jika hanya dipikir, ia akan menambah pusing.Â
Semakin lama tingkat pusingnya bisa semakin bertambah. Apalagi jika melihat kawan-kawan seangkatan sudah selesai menulis dan sudah diuji maka tingkat pusing semakin meningkat.
Persoalan semacam ini tentu tidak bisa dibiarkan. Jika dibiarkan itu sama dengan menabung masalah. Jadi ya harus dilakukan usaha-usaha serius agar tugas akhir bisa dikerjakan dan selesai. Langkah-langkah konkrit diperlukan, bukan hanya dipikir saja.Â
Memang tidak selalu mudah tetapi bukan berarti tidak bisa. Pasti bisa asal ada kemauan untuk menyelesaikan.
Jika ada yang mengeluh bahwa tugas akhir itu sulit, saya ingin mengatakan bahwa itulah gunanya sekolah. Tidak ada yang menulis tugas akhir dengan bahagia tanpa derita.Â
Jika tugas akhir itu betul-betul kita kerjakan sendiri, pasti merasakan bagaimana perjuangan itu dilakukan. Jika pun dibantu orang lain, derita tidak akan dirasakan sendiri. Derita akan dirasakan oleh penulis dan pembantunya.
Begitulah substansi studi. Mengerjakan tugas akhir itu substansinya perjuangan. Kesulitan menulis proposal itu biasa, sebagaimana pernah saya tulis di sini. Namun jika kita mampu melewatinya akan sangat luar biasa. Nikmatnya sungguh sulit diungkapkan.
Saya sering berdiskusi tentang konteks lulus ujian dan perjuangan. Lulus ujian dengan nilai sama-sama A antara mereka yang mengerjakan sendiri dan yang dikerjakan orang lain itu berbeda.Â
Mereka yang mengerjakan sendiri akan merasakan nikmat luar biasa. Sungguh sulit untuk dilukiskan. Mereka yang mendapatkan nilai A dengan bantuan orang lain, tentu merasa bahagia.Â
Namun dalam dirinya yang paling dalam, bahagia yang dirasakannya hampir pasti berbeda dengan bahagia dari mereka yang betul-betul berjuang dengan keringat dan "darah" sendirian.