Mohon tunggu...
Ngainun Naim
Ngainun Naim Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Penulis buku JEJAK INTELEKTUAL TERSERAK (2023). Dosen UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung Jawa Timur. Pengelola http://www.spirit-literasi.id. dan http://www.ngainun-naim.blogspot.com.

Selanjutnya

Tutup

Book

Menulis dan Berkah Hidup

11 Oktober 2022   21:01 Diperbarui: 12 Oktober 2022   08:35 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Membaca dan menulis itu bisa mengubah nasib. Lewat pengetahuan yang semakin luas dan tulisan yang terus diproduksi, eksistensi dan pemikiran seseorang semakin dikenal luas. Pengaruh tulisan sungguh luar biasa. Dibandingkan ucapan, tulisan jauh lebih abadi dan memiliki sasaran yang lebih luas.

Sastrawan Jawa legendaris, Almarhum Suparto Brata pernah menulis sebuah buku sederhana namun isinya luar biasa. Buku tersebut berjudul Ubah Takdir Lewat Baca dan Tulis Buku (Surabaya: LMC, 2011). Lewat buku ini Suparto Brata bertutur bahwa nasib hidupnya lebih baik dibandingkan teman-teman seangkatannya karena ia rajin membaca dan menulis.

Pendidikan Suparto Brata hanya setingkat SMA. Namun berkat menulis, ia memiliki rezeki untuk menyekolahkan keempat anaknya sampai menjadi sarjana. Menulis juga mengantarkan Suparto Brata mengunjungi berbagai tempat di Indonesia dan manca negara.

Suparto Brata adalah salah satu eksemplar orang yang nasibnya berubah karena konsistensinya menekuni dunia membaca dan menulis. Selain beliau ada banyak lagi orang yang mengalami hal yang mirip. Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd---akrab disapa Omjay---termasuk di dalamnya.

Saya---sampai tulisan ini dibuat---belum pernah berjumpa secara fisik dengan Omjay. Komunikasi dengan beliau dilakukan melalui WA dan blog. Komunikasi tersebut didominasi oleh perbincangan tentang dunia literasi yang kebetulan juga saya sukai.

Saya mulai mengenal nama Omjay di tahun 2010. Saat itu saya mulai mengenal blog keroyokan Kompasiana. Lewat tagline "Menulislah Setiap Hari dan Buktikan Apa yang Terjadi", Omjay menjadi Kompasianer garda depan. Bahkan sampai sekarang, nama Omjay tetap menjadi Kompasianer terkemuka.

Suatu ketika adik saya membeli buku. Ternyata itu karya Omjay yang judulnya sama dengan taglinenya, Menulislah Setiap Hari dan Buktikan Apa Yang Terjadi (Jakarta: Indeks, 2011). Buku itu pun saya pinjam untuk saya baca. Buku itu sesungguhnya sederhana karena merupakan kumpulan artikelnya di Kompasiana. Namun di balik kesederhanaan itulah justru termuat energi literasi luar biasa.

Menulis setiap hari itu bukan persoalan sederhana. Sungguh berat dan membutuhkan perjuangan. Saya kira Omjay juga mengalaminya. Bedanya adalah Omjay berjuang sekuat tenaga untuk melakukannya, sementara saya dan yang lainnya acapkali menyerah dengan berbagai alasan.

Produktivitas menulis Omjay saya kira belum banyak yang menandingi. Jika pun ada yang menandingi  jumlahnya sangat sedikit. Jadi Omjay ini termasuk penulis langka. Wajar jika buku demi buku terus terbit setiap waktu.

Beliau memiliki modal berlimpah. Artikelnya deras mengalir tanpa bisa dibendung. Sehari kadang tidak hanya satu buah. Jadi tinggal olah dan poles lalu dibuat sistematika maka jadi buku baru.

Produktivitas tinggi merupakan prestasi. Namun kelemahannya juga ada, yaitu kurangnya refleksi dan kontekstualisasi. Beberapa kali saya menemukan beberapa konteks yang sesungguhnya terbuka untuk dikembangkan lebih lanjut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun