Ngainun Naim
Satu hal yang membuat saya bahagia adalah terbitnya buku anggota grup literasi yang saya bina. Rasanya sulit mengungkapkan rasa bahagia dalam kalimat yang lugas. Intinya saya bahagia, titik.
Rasa bahagia itu juga tercurah saat salah satu anggota Sahabat Pena Kita (SPK) Tulungagung, M. Fauzi Ridwan, menikah. Lulusan UIN Sayyid Ali Rahmatullah (S1 dan S2) ini mempersunting Izzatul Amalina yang juga lulusan S1 dan S2 UIN Tulungagung.
Saya hadir di rumah Izzatul Amalina. Alhamdulillah saya bahagia bisa ikut hadir mendoakan pernikahan mereka. Semoga mereka menjadi keluarga sakinah, mawaddah, warahmah. Amin.
Kebahagiaan saya semakin bertambah berkaitan dengan suvenir buku. Ya, M. Fauzi Ridwan berbeda dengan para pengantin lainnya. Suvenir yang diberikan oleh M. Fauzi Ridwan adalah sebuah buku. Ini sungguh keren.
Judul bukunya adalah Kentong Subuh, Nasehat Penggugah Hati yang Kosong (2020). Buku ini merupakan kumpulan tulisan yang kemudian diolah menjadi satu buku utuh. Isinya cukup menarik. Bahasanya juga menarik.
Ada satu bagian yang saya kira penting untuk dikutip karena sesuai dengan kondisi M. Fauzi Ridwan. Pada halaman 172 tertulis sebuah ungkapan yang menarik. Tugas kita adalah mempersiapkan diri. Jodoh merupakan cerminan diri. Saya tidak akan banyak mengulas isi buku meskipun kebetulan saya yang diminta memberikan kata pengantar. Pada intinya saya menyambut baik upaya M. Fauzi Ridwan mengenalkan dunia buku kepada masyarakat luas.a
Model
Apa yang dilakukan M. Fauzi Ridwan merupakan hal unik dan menarik. Unik karena sangat jarang yang melakukannya dan menarik karena suvenir buku secara langsung merupakan kampanye untuk mengajak orang mencintai dunia buku.
Sekarang ini zaman digital. Dunia (membaca) buku menghadapi tantangan yang sangat berat. Daya tarik buku kalah jauh dibandingkan dengan produk digital. Jika tidak ada usaha-usaha secara aktif-kreatif, dunia buku cetak akan semakin tertinggal.