Ngainun Naim
Â
Pada abad kedua puluh satu, ada penghargaan besar terhadap pengetahuan dan keterampilan. Semakin banyak pengetahuan yang Anda punya dan semakin besar keterampilan yang Anda terapkan, semakin kompeten dan bernilailah Anda---Brian Tracy.
Di zaman sekarang ini kompetisi hidup semakin dinamis. Semakin hari bukannya semakin ringan tetapi semakin berat. Siapa yang kalah dalam kompetisi akan tersingkir dalam kehidupan. Siapa yang menang akan berada di depan.
Namun demikian pemenang hari ini bukan berarti pemenang di masa depan. Perubahan terus terjadi. Jika tidak membaca realitas secara jernih, pemenang hari ini akan menjadi pihak yang kalah di masa depan. Hanya soal waktu saja.
Salah satu kunci penting kompetisi adalah dengan menjadi manusia yang memiliki pengetahuan luas. Pengetahuan itu bisa diperoleh dengan rajin membaca. Membaca buku cetak merupakan sarana membaca yang efektif.
Menurut Antoni Ludfi Arifin dalam buku Be A Reader (2013), buku itu merupakan sumber belajar yang murah dan guru yang baik. Aktivitas membaca merupakan upaya mengeksplorasi pengetahuan dari buku. Buku diibaratkan sebagaimana makanan yang tidak ada habisnya. Ia dimakan oleh otak dan hati.
Saya termasuk generasi yang menyaksikan pergeseran buku dari cetak ke digital. Jujur sampai sekarang saya belum bisa merasakan nikmat membaca buku digital sebagaimana membaca buku cetak. Entahlah apa yang menjadi penyebabnya.
Jika saya memiliki buku dalam format pdf, untuk membacanya saya biasanya mencetaknya. Lewat cetakan saya merasakan lebih nyaman membaca. Saya bebas menelusuri halaman demi halaman buku. Juga bebas untuk membubuhkan warna dan mencatat di pinggirnya.
Membaca itu luar biasa manfaatnya. Lewat membaca kita bisa memiliki cara pandang yang luas. Kita bisa memiliki banyak perspektif untuk membaca realitas. Membaca, dengan demikian, merupakan modal penting untuk hidup di era sekarang ini.