Seiring berjalannya waktu, kita akan tumbuh, berkembang dan berubah seperti sewajarnya, tetapi seorang introvert akan selalu memiliki jiwa introvert dalam dirinya
Penulis sebagai seseorang dengan tipe kepribadian introvert, salah satu memori masa kecil yang teringat adalah ketika mayoritas anak di kelas ingin mendapat tempat duduk paling depan, penulis selalu memilih tempat duduk paling belakang dan kalau bisa paling pojok.Â
Bukan karena takut tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru, tetapi hanya tidak ingin terlihat, tidak ingin menjadi pusat perhatian apabila dipanggil ke depan dan lain sebagainya. Tidak pernah terlintas dalam pikiran bahwa itu adalah tanda-tanda awal introversi.
Ketika beranjak remaja, tanda-tanda introversi tersebut semakin jelas terlihat. Contohnya ketika setiap anak di SMPN 3 Genteng dianjurkan untuk mengikuti setidaknya satu kegiatan ekstrakulikuler, yang terbayang di dalam pikiran adalah keramaian, sosialisasi dengan murid lain dan menghabiskan banyak waktu di luar rumah.Â
Ingin sekali rasanya mengikuti ekstrakulikuler basket dan taekwondo dan karena takut menyesal tidak mendaftarkan diri, akhirnya penulis memutuskan untuk mengisi formulir pendaftaran taekwondo, tatapi pada saat hari latihan pertama tiba, ketakutan-ketakutan tadilah yang menang. Teringat dengan jelas pada hari itu ingin sekali datang dan belajar taekwondo tapi malah memutuskan untuk mengundurkan diri.
 Beberapa pertanyaan mengenai introversi telah terjawab setelah beranjak dewasa dan semakin memahami diri sendiri. Seperti, apakah kita akan dapat sepenuhnya berhenti menjadi seorang introvert ketika memutuskan untuk merubah kepribadian menjadi ekstrovert? Jika kalian adalah seorang introvert, kalian mungkin ingin mengetahuinya.Â
Bisakah seorang introvert berubah menjadi ekstrovert?
"We live in a society that celebrates extroversion. In many cases, it's a desire to belong and be accapted that prompts introverts to change." Ucap psikolog  Dr. Erika Martinez, Psy.D., kepada majalah Bustle.Â
Maksud dari kalimat tersebut adalah bahwa masyarakat di lingkungan kehidupan kita sangat menguggulkan ekstraversi, sehingga banyak orang yang akhirnya merasa perlu untuk menjadi ekstrovert agar dapat menjadi bagian dan terima dalam suatu kelompok sehingga mendorong para introvert untuk berubah.
Sebagian besar bidang kehidupan mulai dari lingkungan kerja, sekolah, dan masyarakat sosial mengunggulkan ekstraversi. Seorang yang introvert perlu mendorong diri mereka untuk keluar dari zona nyaman ketika dia memiliki pekerjaan yang melibatkan jaringan dengan orang lain  atau berbicara di depan umum. Hal seperti ini disebut "kebutuhan sosial".
Lalu, apakah seorang introvert dapat sepenuhnya merubah diri kita menjadi seorang ekstrovert? Jawabannya tidak. Berikut penjelasannya.
Sebagai seorang introvert, penulis pernah memiliki teman yang mengatakan bahwa dirinya dulunya adalah introvert, tetapi sekarang menjadi ekstrovert setelah dia belajar bagaimana menempatkan diri di luar sana. Penulis paham dengan maksut pernyataan tersebut. Kita semua tumbuh dan berubah seiring waktu.