Mohon tunggu...
Ngadiyo -
Ngadiyo - Mohon Tunggu... -

Pengajar Bahasa Inggris, Konsultan Pendidikan Bilingual dan penulis. “How to Handle Masturbation” (2010) adalah buku pertamanya. Ia mengisi kolom Tumbuh Kembang di Majalah Embun. \r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Catatan

ORBA dari Luar dan Dalam Hingga Tumbang

6 Maret 2013   03:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:15 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13625399121654662077

[caption id="attachment_240323" align="alignleft" width="270" caption="Leila S. Chudori dan aku"][/caption]

Mendirikan rezim Orde Baru mengorbankan jutaan manusia Indonesia. Tragedi 65 benar-benar sebuah sejarah yang sampai kapan pun menjadi traumatik bagi orang-orang yang pernah dipenjarakan, diintimidasi, diteror dan keluarganya yang dibunuh oleh serangkaian kudeta politik dibawah komando bekas tentara KNIL, Soeharto. Kaisar-nya adalah mertua SBY, Sarwo Edi Wibowo pernah mengatakan bahwa jumlah PKI yang terbunuh sebanyak 2 juta. Ia dengan bangga menyatakan seperti itu. Ini mutlak pembunuhan terbesar abad 20 setelah Hitler. Itu semua aku peroleh dari membaca literatur dan menonton wawancara Pramoedya Ananta Toer dan Eks Tapol yang kuunduh di Youtube.

Itulah genosida terbesar sepanjang sejarah manusia abad 20 setelah Hitler.

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa untuk mendirikan ORBA, menurut politiknya Eisen Hower, pendukung Soekarno harus disingkirkan dengan cara dibunuh. Dan itu sebagai berita baik di kalangan kapitalis barat.

Orang-orang yang waspada akan ditangkap, seperti Dimas Suryo lari ke Prancis. Tinggal disana dan menikah dengan Vivienne Deveraux dan lahirlah Lintang Utara. Ia mendirikan restoran Tanah Air. Rekan-rekan yang dianggap kiri senantiasa rindu tanah air. Cengkeh, kopi dan kunyit menjadi buluh perindu mereka. Terlebih sebagai pendiri dan pengelola restauran. Mereka pun terus mencintai tanah airnya: INDONESIA.

Ketegangan di Prancis yang melibatkan masyarakat kampus dan sipil pun direkam dalam novel ini pada Mei 1968.

Aku sempat tidak paham sebelum tuntas membaca Pulang. Pulang kemana? Dari mana mau kemana?

Ending yang menghentakan dengan kepulangan Dimas Suryo, ayah Lintang ke tanah air dan dikebumikan di Indonesia. Disamping itu Reformasi terus bergulir. Soeharto yang sedang melawat ke Mesir member pernyataan yang melegakan semua bangsa. Ia sudi mundur karena tuntutan rakyat.

Bagiku Leila S. Chudori mendongengiku tanpa terasa. Surat-surat bernas mampu membawaku larut dalam cerita yang dibangun. Sepertinya aku bisa menonton sebuah film dokumenter yang utuh.

Kekayaan novel ini tidak hanya kuat dalam penggambaran karakter, bagiku kuat isinya. Daya tawar kesejarahan yang belum pernah kubaca sebelumnya tentang peristiwa 65 dan 98 di Indonesia. Kisah tapol yang pernah kubaca “Kubah” karya Ahmad Tohari mencerminkan kondisi pasca kepulangan Karman dari Pulau Buru. Hadirnya “Pulang” membuatku semakin paham bagaiman kondisi keluarga korban yang dituduh PKI saat diinterogasi dan diteror. Begitu pula orang-orang yang ke luar dari Indonesia dan menetap di luar negeri yang senantiasa mencintai Nusantara.

Para eksil yang digambarkan adalah orang-orang cendekia. Tetapi keikutsertaan di LEKRA atau PKI atau hanya menjadi simpatisan menjadi buruan Angkatan Darat yang mutlak pegang kekuasaan semua lini. Militerisme.

Berwisata sejarah, musik, buku, kuburan orang-orang terkenal, dan tentu saja kuliner menjadi kekayaan novel ini. Beberapa adegan ciuman yang khas dan panjang membuatku terpesona. Tepatnya 14 adegan percintaan yang bagiku unik, natural sekaligus menyihir pembaca sepertiku.

Leila S. Chudori mampu menggali peristiwa monumental awal berdirinya ORBA hingga tumbang. Sebuah kerja cerdas dibalut seni yang holistik untuk menyadarkan bahwa Indonesia mengalami peristiwa luar biasa yang menjadi rujukan generasi muda untuk lebih baik lagi./Ngadiyo

*

Ngadiyo, pengajar Bahasa Inggris dan penulis. Buku yang sudah terbit berjudul “How to Handle Masturbation” (2010). Ia mengisi kolom Tumbuh Kembang di Majalah Embun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun