Aku memang tidak hidup di zaman Jepang. Karena aku lahir tahun 1984. Sementara Jepang melakukan invasi militer tahun 1942-1943. Tetapi dengan membaca sastra aku benar-benar memahami bagaimana militer Jepang memberlakukan fasisnya yang sangat menyengsarakan rakyat. Salah satunya, karena militer Jepang sudah tidak bisa lagi memasok perempuan penghibur, aku sebut saja perek yang bisa didatangkan langsung dari Jepang, Miyabi belum lahir ya waktu itu, atau dari Korea dan Cina karena Amerika dan sekutunya menyatakan perang pada Jepang merampas mimpi-mimpi remaja Indonesia menjadikannya pemuas nafsu belaka. Karena Jepang yang menyuarakan dirinya sebagai Cahaya Asia menduduki Indonesia di segala bidang.
Kali ini, Pram menyoroti bagaimana militer Jepang merayu perawan remaja dari golongan priyayi dengan janji-jani manisnya yang katanya akan disekolahkan di Tokyo ternyata berujung menjadi perempuan penghibur untuk melayani hasrat seksualnya. Mereka para gadis remaja sebenarnya sangat tidak direstui oleh orang tuanya. Tapi apa boleh buat, sistem kerukunan yang dibuat Jepang dengan memilih tokoh berpengaruh, para kaum priyayi, membuatnya harus rela melepas kepergian gadis-gadis malang yang tidak akan pernah tahu nasibnya, karena Jepang tidak mungkin sesuai janjinya, menyekolahkan mereka ke Tokyo. Karena kita ini sedang dijajah, direnggut segalanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H