Mohon tunggu...
Ngabila Salama
Ngabila Salama Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Dokter PNS Dinas Kesehatan DKI Jakarta

Sebuah opini dari dr. Ngabila Salama, MKM - Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta - Sekretaris Umum Organisasi Dokter Alumni SMANDEL Jakarta - Pengurus IDI Wilayah DKI Jakarta - Mahasiswa S3 Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM UI - Ibu tiga anak

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Tingkatkan Pencegahan Gigitan Hewan Penular Rabies (GHPR) Anjing, Kucing, Kera, dll di DKI Jakarta

20 Juni 2023   13:18 Diperbarui: 8 Juli 2023   09:27 858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan ini Indonesia dihebohkan dengan kenaikan kasus gigitan hewan penular rabies / GHPR yang bahkan beberapa sudah menyebabkan meninggal terutama anak-anak. Ya memang kelompok rentan dari gigitan hewan ini adalah anak, asisten rumah tangga, pemelihara / yang sering berinteraksi dengan hewan, serta lansia dan kelompok disabilitas.

Gigitan hewan penular rabies (GHPR) itu tidak hanya disebabkan oleh gigitan anjing, tetapi juga bisa pada kucing, monyet, kera, kelelawar, musang, dll yang membawa virus rabies. Gejala dari hewan yang memiliki rabies diantaranya lebih agitasi, kejang, ada kelumpuhan di organ tubuh tertentu, banyak mengeluarkan liur / hipersalivasi, dan batuk atau pilek.

Jumlah stok vaksin antirabies masih cukup dan Dinas Kesehatan DKI Jakarta selalu berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan RI untuk penyediaannya, karena vaksin / serum tersebut gratis diberikan di dua RS rujukan GHPR di Jakarta yaitu RSUD Tarakan dan RSPI Sulianti Saroso. Pada kasus gigitan hewan penular rabies, pasien yang tergigit hewan tersebut dapat LANGSUNG datang ke IGD rumah sakit terdekat atau langsung ke 2 RS rujukan yang menyediakan vaksin antirabies yaitu di RSPI Sulianti Saroso dan RSUD Tarakan.

Memang ada tren kenaikan kasus GHPR dari laporan rumah sakit di Jakarta pada tahun 2023 dibandingkan 2022, dimana tahun 2022 ada 2.669 kasus dan 2023 terdapat 1.528 kasus (s.d 19 Mei 2023).

Masyarakat kami minta tetap waspada tetapi jangan panik. Cegah sakit dengan mencegah gigitan terutama pada anak-anak dan kelompok rentan. Perlu sama-sama diupayakan untuk hewan peliharaan dan sekitar dilakukan vaksinasi rabies secara berkala. Untuk cegah komplikasi dan kematian diharapkan masyarakat yang tergigit tidak panik, jaga area gigitan untuk tetap bersih, dibilas dengan air mengalir dan sabun selama 15 menit, dan dijaga agar luka tidak infeksi, segera bawa ke IGD 2 RS rujukan di dki jakarta untuk tatalaksana lebih lanjut baik itu pemberian vaksin antirabiesnya, pengobatan sistemik untuk mencegah virus rabies terus menular, dan juga membersihkan luka secara lokal agar tidak infeksi. Kita serahkan tatalaksana terbaik kepada para ahli di RS.

Stok vaksin antirabies di jakarta sangat cukup, saat ini di Dinkes DKI Jakarta terdapat 748 vial, RSUD Tarakan 100 vial, dan RSPI Sulianti Saroso 654 vial. Dengan rata-rata gigitan 300 - 400 kasus per bulan, maka stok tersebut akan bertahan sekitar 4 - 5 bulan. Jika stok mulai berkurang Dinkes DKI Jakarta akan berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan RI untuk meminta tambahan stok kedepan. Vaksin antirabies untuk pasien yang riwayat mendapat gigitan hewan penular rabies (GHPR) bisa didapatkan:

  1. Secara gratis di rs rujukan yang mendapat bantuan vaksin program dr Kemenkes RI di Jakarta ada di RSPI Sulianti Saroso dan RSUD Tarakan
  2. Secara berbayar (tidak tercover BPJS) ada di beberapa RS swasta lainnya dengan harga per vial sekitar 300rb (biasanya dibutuhkan 2 vial)
  3. Oleh karena itu jika ada gigitan hewan ini tatalaksana awal dgn mencuci dgn air mengalir dan sabun selama 10-15 menit lalu dirujuk ke RS rujukan atau rs terdekat. Jika RS terdekat tidak memiliki stok vaksin antirabies / pasien berkeberatan membayar, maka bisa dirujuk ke 2 RS rujukan DKI Jakarta

Ngabila Salama

Praktisi Kesehatan Masyarakat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun