Mohon tunggu...
Ngabila Salama
Ngabila Salama Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Dokter PNS Dinas Kesehatan DKI Jakarta

Sebuah opini dari dr. Ngabila Salama, MKM - Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta - Sekretaris Umum Organisasi Dokter Alumni SMANDEL Jakarta - Pengurus IDI Wilayah DKI Jakarta - Mahasiswa S3 Ilmu Kesehatan Masyarakat FKM UI - Ibu tiga anak

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Belanja Kesehatan Tidak Cukup Bermakna untuk Meningkatkan Angka Harapan Hidup (AHH) di Dunia

15 Juni 2023   14:47 Diperbarui: 16 Juni 2023   14:01 2348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menteri Kesehatan melakukan sosialisasi RUU Kesehatan di RSKD Dharmais

Menarik melihat paparan dari Bapak Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, menurut saya slide paparan tersebut sangatlah baik. Dari gambar tersebut ada beberapa poin yang dapat kita lihat:

  1. Tidak ada hubungan penambahan belanja kesehatan terhadap Angka Harapan Hidup (AHH) di suatu negara / masyarakat
  2. Dari contoh Indonesia dan Malaysia relatif hebat dan stabil, setiap kenaikan 18o poin belanja kesehatan dapat menaikkan 2 tahun AHH
  3. Amerika Serikat / USA belanja kesehatan 25 kali lipat Iebih tinggi dari Malaysia akan tetapi memiliki AHH yang relatif sama
  4. Jepang belanja kesehatan dua kali lipat lebih tinggi dari Singapore akan tapi AHH nya sama

Selain Angka Harapan Hidup / AHH kita bisa bandingkan juga dengan Disability-Adjusted Life Year (DALY) sebagai benchmark lebih lanjut. Mandatory spending yang sedang ramai diperbincangkan di RUU Kesehatan bukan merupakan satu-satunya cara untuk memastikan kebutuhan kesehatan di Indonesia terpenuhi. Konsep money follow program dan rencana induk pembiayaan kesehatan yang mengikat dan struktur dapat lebih dipertanggungjawabkan tentunya dengan output yang jelas dan terukur. Kita tidak mau bukan seperti yang disampaikan Bapak Presiden Joko Widodo / Jokowi sebelumnya bahwa dari 10 Milyar anggaran stunting, kurang dari dua milyar yang dipakai untuk eksekusi nyata membeli telur, sisanya dialokasikan untuk biaya perjalanan dinas, rapat koordinasi, peningkatan wawasan, monitoring evaluasi, pelatihan, penggalangan komitmen, advokasi, dsb. Perlu lebih banyak dialokasikan untuk aksi nyata yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat daripada sekedar kegiatan yang outputnya tidak langsung dirasakan masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun