Gerakan masyarakat (GERMAS) menuju Indonesia bebas Tuberkulosis (TB) telah berhasil menciptakan rekor MURI-Dunia yang membanggakan. Penghargaan tersebut bertajuk "Edukasi dan Skrining Tuberkulosis secara Serentak di Lokasi dan Kepada Peserta Terbanyak". Tercatat selama kegiatan "ketuk pintu" tanggal 1-23 Maret 2017 di 34 provinsi terdapat 565.798 rumah yang diketuk, 1.590.529 orang yang diskrining dan diedukasi TB, dan 4.950 orang positif TB. Terpilih 5 provinsi dengan pelaksanaan "ketuk pintu" terbaik, yaitu: DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Barat, dan Sulawesi Selatan.
Di Provinsi DKI Jakarta sendiri perolehan "ketuk pintu" sebanyak 85.101 rumah diketuk, 249.776 orang diskrining dan diedukasi TB, dan 662 orang positif TB. Pencapaian yang luar biasa tersebut tentunya berkat kerja keras para kader dan petugas medis puskesmas khususnya tim Ketuk Pintu Layani Dengan Hati (KPLDH) yang menjadi unggulan DKI Jakarta, serta Dinas & Suku Dinas Kesehatan.
Perayaan Hari TB tingkat Nasional tahun ini diselenggarakan tanggal 1 April 2017 di Balaikota Provinsi DKI Jakarta. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta selaku tuan rumah. Tercatat ada 800 tamu undangan hadir yang terdiri dari jajaran Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, kader TB, mitra TB lokal/internasional, dll. Dilakukan pula teleconference dengan Provinsi DIY, Banten, Sulawesi Selatan, Bali, dan Riau.
Acara dimulai dengan senam CERDIK dan kebugaran jasmani di halaman Balaikota pukul 06.00. Lalu pukul 07.30 acara seremonial dimulai di Balai Agung. Paduan Suara Kepala Puskesmas Kecamatan DKI Jakarta menyanyikan 'Jingle KPLDH' dan tari selamat datang RSUD Johar Baru-Puskesmas Kemayoran menjadi pembuka. Acara selanjutnya adalah pemutaran video kegiatan ketuk pintu di 34 provinsi, laporan panitia (Dirjen P2P Kemenkes), laporan hasil studi dan kegiatan LKNU, sambutan Plt. Gubernur DKI Jakarta, diakhiri sambutan Menteri Kesehatan (Menkes) sekaligus membuka acara dan launching aplikasi "Wajib Notifikasi TB" di smartphone. Terdapat pula berbagai stand meriah dari Kemenkes, Pemprov DKI, mitra dan organisasi masyarakat, serta sponsor.
Menkes menjelaskan bahwa "TB menjadi permasalahan besar kesehatan, karena Indonesia merupakan peringkat ke-2 di dunia pengidap TB terbanyak setelah India. Untuk menanggulanginya tentu tidak hanya dengan linier, tetapi harus holistik melibatkan banyak pihak dan lintas kementerian. Seperti permasalahan kemiskinan, kebersihan yang masih kurang yaitu ranah kementerian lingkungan hidup, pemukiman kumuh yaitu ranah Kementerian pemukiman, dll yang sudah dirumuskan dalam Rencana Aksi Nasional (RAN) berupa Instruksi Presiden (Inpres) No. 01/2017 tentang TB. Walaupun sudah ada BPJS yang dapat menjamin pengobatan masyarakat, tetapi yang utama adalah peran GERMAS sebagai promotif dan preventif."
Tiga prioritas Kemenkes adalah penanganan gizi buruk, Angka Kematian Ibu, dan masalah lingkungan termasuk penyakit TB. Peran mitra dan organisasi masyarakat amatlah penting untuk penanggulangan penyakit karena pencarian kasus TB secara pasif (menunggu pasien TB berobat ke faskes) hanya dapat memperoleh 30% kasus, 70% lainnya adalah dengan pencarian aktif pasien langsung ke masyarakat (jemput bola).
Dari 32% kasus TB yang ternotifikasi, hanya 1% kasus TB yang terlaporkan dari Dokter Praktek Swasta (DPS). Perlu adanya aplikasi yang memudahkan DPS dalam melakukan pencatatan pelaporan serta memudahkan puskesmas/dinas kesehatan untuk pelacakan kasus TB. DPS dapat hanya melaporkan dan merujuk pasien ke Puskesmas atau dapat juga mengobati. Harapannya aplikasi "Wajib Notifikasi TB" yang dapat di download di smartphone tersebut dapat meningkatkan angka pelaporan kasus TB di Indonesia.
Dalam hemat penulis, setidaknya ada tiga hal yang dapat dilakukan terkait TB di setiap fasenya, yaitu:
1. Fase diagnosis: menggiatkan pencarian kasus TB secara aktif dengan "ketuk pintu" terutama di kantong TB, skrining massal di tempat umum, baksos, dsb. Untuk mencegah dropout di fase diagnosis, perlu adanya "grebek sputum" oleh kader/petugas dengan cara langsung mengambil dahak pasien di tempat ketika pertama kali bertemu suspek.
2. Fase pengobatan: meningkatkan dukungan lintas sektor, kader, bahkan aspek hukum (perda/pergub) untuk menjaga kepatuhan pasien berobat sampai sembuh
3. Fase pencatatan pelaporan: membuat Public Private Mix (PPM) TB di setiap Kecamatan dengan Camat dan Puskesmas sebagai pembina, sehingga ikatan profesi dan seluruh DPS di wilayah kecamatan akan lebih solid menuju eliminasi TB 2035.
SALAM TOSS TB.
Temukan TB, Obati Sampai Sembuh.
dr. Ngabila Salama, MKM.
Pengelola Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit TB Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur[caption caption="Plt. Gubernur dan Menkes memberikan penghargaan kepada 5 Kepala Dinas Provinsi dengan "Ketuk Pintu" terbaik"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H