Berdersik bersama SelaSastra di Fakultas Adab dan Humaniora UIN SGD
Lintang waktu pada sore hari, dengan matahari yang berada di upuk barat, seraya menunggu senja, bercengkrama bersama petang untuk memadu rindu dan bercanda ria, yang kian mengasah asa, Selasastra di bumi Adab dan Humaniora menghiasi semesta Sunan Gunung Djati, bersama para sahabat kami mengukir sejarah, melalui ragam manik-manik karya, samping gedung fakultas, kami duduk seraya membaca ayat-ayat Sastra, pohon rindang menjadi saksi nyata, alangkah gembiranya para mahluk Tuhan.
Fakultas Adab dan Humaniora, siapapun boleh menyebutnnya sebagai Fakultas Sastra ataupun Fakultas Budaya, keduanya benar sebab kami ada diantara keduanya, Sastra bukan hanya sebatas lisan yang kuteriakan dari selatan ke utara, Sastra juga bukan sebatas tulisan, yang kubentangkan melalui huruf-huruf yang berbaris dari barat menuju timur, tapi Sastra adalah semesta, dimana imaji berjatuhan ke bumi Adab dan Humaniora, mengalir bersama darah, melintasi setiap sel dan neuron dalam tubuh, jiwa dan raga bersatu menjadi sebuah keniscayaan, itulah yang dinamakan Sastra.
Selasastra menghidupkan bumi Adab dan Humiora, dibawah pohon rindang berkumandang keagungan-keagungan Ilahi, manifestasi dari Sang Kuasa hadir di pangkuan Selasastra, jangan pernah berkata walaupun hanya sekali, Mahasiswa Sastra tidak bersastra hanya karena tidak membacakan puisi, bukankah sudah kubilang, diam dan bergerak adalah Sastra.
Saat dimana aliran denyut nadi bersinergi bersama tinta yang berjatuhan melalui rongga pena pada kertas, maka disana kehidupan telah lahir, setiap penjuru akan mengenal bahwa kami pernah hidup, raga memang fana, tetapi jiwa adalah abadi, disetiap ukiran tinta kami, kami menitipkan jiwa kami, dan itulah yang dinamakan keabadian.
PMII Adab dan Humaniora UIN SGD kota Bandung, menciptakan Selasastra untuk menyadarkan setiap manusia, siapa dia sebenernya, dimanapun kita berada jangan pernah lupa pada jati diri, sebagai wadah pendidikan, Selasastra menjadi suatu fasilitas penunjang untuk seluruh penghuni bumi Adab dan Humiora, para punggawa kehidupan akan selalu mengawal dinamisasi kehidupan, teruslah melanglang buana sampai engkau menjadi saksi dari perputaran jagat.
Disetiap selasa sore hari para Pujangga menyelami alam batin mereka, untuk merefleksikan kehidupan, penalaran-penalaran indrawi menjadi jembatan menuju dunia batin, mereka berkontemplasi dan mengejawantahkan perasaan melalui bait-bait, berbarislah wahai huruf-huruf, engkau adalah logika yang bersumber dari intuisi sederhana, tapi engkau juga bukan transendental, setiap angin yang berhembus telah menjadi melodi, dan daun-daun menari keriangan berdansa bersama imajinasi para Pujangga.
Terima Kasih
Salam dari Penulis