Mohon tunggu...
Nurul Furqon
Nurul Furqon Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Arab UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Nama saya Nurul Furqon, saya berasal dari kabupaten Sumedang, riwayat pendidikan saya SDN Babakandesa, SMPN 1 Cibugel, SMAN Situraja. Dan sekarang saya menjadi Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Arab UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Rokok

19 Juni 2021   21:45 Diperbarui: 19 Juni 2021   22:15 1467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Filsafat Rokok


Rokok, ya benar maksudku adalah rokok yang selalu dihisap oleh manusia, berbahaya! Mungkin benar berbahaya menurut medis, tapi kalau memang berbahaya kenapa rokok dijual? Sudahalah bahasan kita bukan disana. Ketimbang berdebat tentang rokok, lebih baik kita mengambil sebuah pelajaran singkat dari rokok, saya sedang tidak bercanda, jadi mari kita serius.

Filsafat rokok, itulah bahasan kita kali ini, masih ingatkah kita dengan dengan teori realitas ganda dari Plato? Teori tersebut menjelaskan bahwa manusia hidup di dua alam, yaitu alam materi dan alam non materi, sebut saja raga dan jiwa, ada sesuatu yang bisa kita lihat dan tidak begitulah singkatnya, lantas apa sangkut pautnya dengan rokok?

Dikala manusia merokok, manusia membakar tembakau, kemudian tembakau itupun terurai menjadi dua bagian, yaitu asap dan abu, itulah kehidupan manusia, ketika tembakau itu dibakar maka dimulailah kehidupan manusia, putih kertas melambangkan kesucian jalan manisia, satu batang rokok melambangkang satu kehidupan manusia, berbagai candu pun dimulai, ada yang bilang merokok menenangkan, ya itulah ketika kita mengambil jalan yang suci maka kehidupan manusia akan tenang, baiklah masuk pada intinya sekarang, kehidupan manisia itu tidak abadi, kita hidup sementara, dan seperti yang sudah dikatakan barusan bahwa setelah rokok dibakar maka tembakau terurai menjadi asap dan abu, itulah manusia didalamnya ada jiwa dan raga, ketika manusia mati maka manusia akan terurai menjadi jasad dan ruh, jasad yang berupa tembakau akan hancur menjadi abu, dan kemudian menjadi tanah, selaras dengan tubuh manusia yang setalah mati akan hancur menjadi bangkai dan melebur menjadi tanah, kemudian asap yang merupakan perlambangan dari roh manusia, setelah mati terpisah dari raganya yaitu tebakau dan terbang entah kemana, begitupun manisia setelah manusia mati roh manusia akan terbang dan melebur ke tempat yang semestinya, sebut saja akhirat seperti yang dikatakan oleh agama.

Nusantara indah bukan? Untuk menitipkan pengetahuan pada generasi setelahnya, mereka membuat simbol-simbol yang dekat dengan kita, berupa kopi dan rokok, next kita akan bahas pesan singkat dari kopi.

Sedikit bonus mungkin, hiduplah seperti rokok, rokok tidak pernah memilih teman, dari kalangan manapun, kaya atau miskin, memiliki masalah atau tidak dia siap bersanding, dan tak pernah tampil pencitraan untuk menarik orang lain, bukan harus mengumbar aib, tapi rokok tidak pernah mengada-ngada yang tidak ada, dan yang paling tragis dia rela pergi tanpa mempermasalahkan yang sudah terjadi, jika memang dia sudah tidak layak untuk menemani manusia, maksudku jika sudah hanya filter, mungkin jika rokok bisa berbicara dia akan berkata "tugasku sudah selesai, sisanya kuserahkan pada mereka yang lebih layak."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun