Mohon tunggu...
Nurul Furqon
Nurul Furqon Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Arab UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Nama saya Nurul Furqon, saya berasal dari kabupaten Sumedang, riwayat pendidikan saya SDN Babakandesa, SMPN 1 Cibugel, SMAN Situraja. Dan sekarang saya menjadi Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Arab UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Apakah Islam adalah Agama yang Radikal?

21 Januari 2021   14:22 Diperbarui: 21 Januari 2021   15:07 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah Islam Adalah Agama yang Radikal ?


Pertentangan mengenai Islam adalah agama yang radikal atau bukan selalu menarik untuk dibahas karena ada banyak sekali stigma di masyarakat mengenai Islam, saya sebagai umat Islam tentu tidak setuju jika ada yang mengatakan bahwa Islam adalah agama yang radikal (Radikal menurut kacamata sosio-politik) namun saya sendiri tidak bisa menolak kenyataan tersebut ketika melihat realitas yang terjadi.

Sebelum kita mengulas Islam itu radikal atau tidak, sebaiknya kita bongkar terlebih dahulu arti kata radikal, seperti yang kita ketahui ada banyak versi tentang arti radikal, mulai dari yang positif sampai yang negatif, jadi lebih baik kita samakan persepsi kita, yaitu dengan cara mengambil satu sumber yang sama, yaitu KBBI.

Menurut KBBI radikal adalah sebagai berikut

ra*di*kal1 a 1 secara mendasar (sampai kepada hal yang prinsip): perubahan yang --; 2 Pol amat keras menuntut perubahan (undang-undang, pemerintahan); 3 maju dalam berpikir atau bertindak;

Disini kita mendapatkan tiga pengertian dari radikal, dan disini kita mengetahi apa itu radikal, yaitu sesuatu yang sangat mendasar untuk teriptanyanya sebuah perubahan. Disini makna radikal netral, tidak positif ataupun negatif, radikal akan menjadi buruk apabila dalam implementasinya kasar atau adanya tindak kekerasan, dan radikal bermakna baik apabila dalam implementasinya halus atau tidak ada kekerasan.

Islam sering disebut agama yang radikal, tentu saja makna radikal disini adalah radikal yang buruk, karena di mata masyarakat radikal adalah kekerasan, padahal radikal yang sebenarnya bukan itu, tindakan provokasi untuk memumculkan adanya pemberontakan dengan cara kekerasan adalah agitasi yang melahirkan teror baik dalam sistem narki ataupun anarki.

Kita kembali lagi di mata masyarakat, islam adalah agama yang radikal (menurut sebagian orang terhadap sebagian umat Islam), dan di luar negeri sendiri Islam disebut agama yang mengajarkan terorisme, disini kita memang tidak bisa mengelak, karena banyak sekali orang Islam yang keras terhadap yang bukan Islam, bahkan banyak pelaku terorisme yang mengatasnamakan Islam, oleh karena itu kita tidak bisa menyalahkan mereka yang berpikir demikian, kita hanya bisa menunjukan Islam yang sebenarnya, yaitu Islam yang mengajarkan Cinta Kasih bagi seluruh alam semesta tanpa terkecuali.

Dalam Eksistensialisme seorang manusia hanya akan menilai sesuatu sesuai dengan apa yang dia lihat, mungkin disini kita akan protes karena Esensi dari Islam adalah kasih sayang, bukan kekerasan, maka Islam tidak bisa di cap sebagai agama yang keras, hal itu benar jika menurut Esensialisme sesuatu dinilai berdasarkan Esensinya atau apa hakikat utamanya yang ada di dalam bukan yang diluar. Tapi kita harus sadar bahwa pada kenyataannya  Eksistensialismelah yang berlaku disini, manusia menilai Islam dari apa yang mereka lihat, mereka dengar, dan mereka rasakan, maka disini kita harus menggunakan Eksistensialisme, yaitu sesuatu disebut ada apabila dia berada.

Umat non muslim tidak membaca al-Qur'an, tidak mengerti Hadits, dan tidak tahu Islam, maka buatlah mereka tahu Islam dengan cara perilaku umat Islam yang baik, dengan sendirinya mereka akan mengerti Islam adalah agama yang baik. Ajaran-ajaran kebaikan dalam Islam sudah seharusnya bukan cuma menjadi esensi dari Islam tapi menjadi tindakan yang nyata sehingga bisa dirasakan oleh seluruh umat.

Terima Kasih

Salam Dari Penulis

Nurul Furqon

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun