Mohon tunggu...
Nurul Furqon
Nurul Furqon Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Arab UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Nama saya Nurul Furqon, saya berasal dari kabupaten Sumedang, riwayat pendidikan saya SDN Babakandesa, SMPN 1 Cibugel, SMAN Situraja. Dan sekarang saya menjadi Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Arab UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tidak Ada Kebenaran yang Mutlak di Dunia Ini

23 November 2020   11:19 Diperbarui: 23 November 2020   11:36 1087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak Ada Kebenaran yang Mutlak di Dunia Ini

Kita di dunia selalu memerdebatkan kebenaran, semua pihak memerebutkan kebenaran, memerebutkan siapa yang benar, menjustifikasi diri benar dan orang lain salah, padahal belum tentu yang kita pegang adalah benar dan yang orang lain pegang adalah salah.

Kebenaran terbagi menjadi tiga, yaitu kebenaran menurut diri sendiri, kebenaran menurut kesepakatan, dan kebenaran menurut tuhan. Kebenaran menurut diri sendiri dan kebenaran menurut kesepakatan merupakan sebuah persfektif, dan satu-satunya kebenaran yang mutlak hanyalah kebenaran yang bersumber dari Tuhan yang Maha Esa. Itu artinya kebenaran yang mutlak hanya ada pada agama, tapi kembali lagi kita tidak tahu agama mana yang benar, kita hanya bisa menyakini agama yang kita anut adalah agama yang benar, karena banyaknya agama, mungkin kita juga bisa mengatakan kebenaran agama di dunia adalah kebenaran persfektif, bisa saja agama islam yang benar, bisa juga agama kristen yang benar, dan bisa juga agama hindu yang benar, atau agama lain yang benar, kita tidak tahu mana yang benar, kita hanya akan tahu mana yang benar setelah kita mati dan menemui pencipta kita. Dan disanalah kebenaran yang mutlak itu ada.

Justifikasi sosial mengenai kebenaran adalah sebuah persfektif, setiap apapun yang kita lakukan akan menciptakan justifikasi yang berbeda-beda bagi setiap orangnya. Dari sudut pandang positif mereka akan melihat kebenaran daalam diri kita, dari sudut pandang negatif mereka akan melihat kesalahan dalam diri kita, dari sudut pandang orang yang menyukai kita mereka akan melihat kebenaran dalam diri kita, dari sudut pandang orang yang tidak menyukai kita mereka akan melihat keburukan dalam diri kita, dari sudut pandang orang yang mencintai kita, mereka akan buta akan kesalahan dan keburukan, apapun yang kita lakukan yang mereka lihat hanyakan kebenaran dan kebaikan, bahkan jika kita salahpun mereka akan membuat sebuah pembenaran atas perbuatan kita, dan dari sudut pandang orang yang membenci kita, mereka akan buta akan kebenaran dan kebaikan kita, apapun yang kita lakukan akan selalu salah dan buruk bagi mereka, meskipun kita benar dan baik kita akan tetap salah dan buruk.

Jika kita terus mencari justifikasi sosial atas perbuatan kita, itu hanya akan mebuat kita cape sendiri, karena itu hanyalah persfektif bukan sesuatu yang mutlak. Apapun yang kita lakukan selagi itu baik menurut kata hati kita, tidak melanggar moral etika manusia, dan tidak melanggar hukum agama yang kita anu, maka lakukanlah, tidak perlu takut dianggap salah karena itu persfektif, setiap orang punya alasan dan tujuan dalam berperilaku, jika alasan dan tujuannya baik dan merugikan orang lain maka fokuslah pada tercapainya tujuan, apalagi jika tujuannya demi kemaslahatan umat manusia maka segerakanlah, tetapi kita juga harus melihat situasi yang ada, jika kebaikan kita akan menimbukan kegudahn yang pada akhirnya merugikan orang banyak yang tidak bersalah sebaiknya hentikan.

Sudut pandang negatif berasal dari fikiran orang yang terkunci, tidak mau membuka ruang bagi seseorang, orang tidak menyukai kita karena tidak sepaham, orang yang membenci kita karena tidak mengelan kita. Jadilah diri kita sendiri yang berperilaku baik dan tidak merugikan orang lain, dengan begitu, jika kita memang benar pada akhirnya kita akan harum.

Terima Kasih

Salam Dari Penulis

Nurul Furqon

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun