Lihat bulan itu! Sedari tadi dia menghardikku. Aku tak berani memandangnya, matanya mendelik kepadaku.Â
Mendung tak ada malam ini, langit cerah secerah-cerahnya. Rembulan terang benderang, malam purnama kedua belas.Â
Tak satupun awan berani menyapu langit. Bintang-bintang sekenanya keluyuran tak tahu aturan. Bertebaran bak ditumpahkan. Formasinya pun rancu.Â
Angin malam berhembus semerawut. Jangkrik-jangkrik berceloteh berisik. Sekawanan tikus yang sejak lama menguasai loteng kamarku, kocar-kacir diuber kucing garong.
Aku malu pada semua ini. Kupingku ku sumbat dengan bantal. Alam semesta dengan lancang telah bersekongkol, mereka telah membuat kongsi untuk merayakan kesendirianku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H