Mohon tunggu...
Dwi Suparno
Dwi Suparno Mohon Tunggu... Administrasi - Pejuang Receh

Kuli pabri..Bisa ditemui di nfkaafi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kenapa Karyawan Memilih Resign? Sindrom 4K

2 Februari 2016   09:41 Diperbarui: 2 Februari 2016   14:17 4143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai salah satu orang yang selama ini masih betah meyandang predikat "karyawan", saya sangat setuju sekali dengan pendapat dari Bu Cucum Suminar dalam artikelnya yang berjudul Ini Penyebab Karyawan Terbaik Resign? yang menjadi Headline di Kompasiana pada tanggal 31 Januari 2016 kemarin. Apa yang disampaikan Bu Cucum Suminar tersebut sebagian besar pernah saya alami, beban pekerjaan yang tidak berbanding lurus dengan gaji, tidak dihargai oleh pimpinan, perusahaan mempromosikan orang yang salah, tidak dipercaya dan terus diawasi serta suasana lingkungan kerja yang tidak nyaman.

Saya bahkan tidak hanya mengalami situasi seperti tersebut diatas, lebih dari itu. Persisnya 8 tahun yang lalu tepatnya dibulan Februari 2007, ketika saya masih tercatat bekerja disebuah perusahaan di utara Jogja. Di tempat kerja yang lama tersebut, saya pernah mengalami intimidasi serta tuduhan dari pihak perusahaan kalau sayalah orang yang membocorkan rahasia perusahaan. Sampai hari ini pun saya masih belum tahu yang saya bocorkan hal apa. Surat PHK pun sudah disodorkan dihadapan saya. Saya tantang balik untuk membuktikan tuduhannya tersebut. Setelah tarik ulur serta adu argumen, akhirnya surat PHK tersebut ditarik kembali dan saya hanya dikenai sanksi skorsing tidak boleh masuk kerja selama 1 bulan. Untungnya gaji masih tetap dibayarkan secara penuh. Jadi saya anggap saja skorsing tersebut dengan dapat jatah cuti selama 1 bulan.

Satu minggu sebelum habis sanksi skorsing, saya mengajukan surat pengunduran diri. Untuk apa bekerja di tempat itu tapi suasana kerja sudah tidak nyaman lagi, sudah tidak dipercaya serta tidak dihargai oleh pimpinan. Tujuh tahun lebih bekerja sejak awal perusahaan berdiri, ikut "babat alas" dan semuanya itu tidak dihargai, hengkang itulah pilihan saya. Biarlah perusahaan mencari orang yang bisa dan cocok mengerjakan apa yang selama ini saya kerjakan. Emang gampang cari orang yang punya skill dan pengetahuan yang tidak diajarkan di sekolah, bathin saya. Terbukti karena 3 bulan setelah saya keluar, teman saya yang masih berada disana menawari saya sampai 3 kali untuk kembali bekerja di tempat itu. Jawaban saya: ogah, silahkan cari orang lain saja, emang gampang cari karyawan yang sudah "jadi".

Tidak butuh waktu lama, saya sudah menemukan tempat berlabuh yang baru. Memang betul tidak ada pekerjaan yang 100% nyaman. Nah, di tempat baru ini banyak juga karyawan yang keluar masuk. Situasi tersebut oleh beberapa rekan kerja disebut terkena sindrom 4K. Awalnya saya tidak mengetahui apa itu sindrom 4K, setelah diterangkan barulah jelas artinya sindrom 4K tersebut.

Dan inilah artinya sindrom 4K tersebut :
K-1 artinya KAGUM

Siapa sih yang tidak kepincut dan ingin menjadi karyawannya ketika melihat sebuah perusahaan yang memiliki gedung-gedung megah dan bagus, para pegawainya diberikan berbagai tunjangan kesejahteraan serta mendapatkan berbagai fasilitas yang wah hingga besaran gaji yang diatas rata rata. Atribut penampilan luar yang mengundang selera tersebut membuat banyak orang yang berlomba-lomba dengan segala cara untuk bisa masuk menjadi karyawan di tempat tersebut. Dalam bayangan orang orang tersebut, bila sudah menjadi karyawannya dipastikan kesejahteraannya akan meningkat.

K-2 artinya KAGET

Setelah berusaha ekstra keras dalam menembus persaingan agar diterima menjadi karyawan telah membuahkan hasil. Serta berbagai bayangan bekerja yang indah dan nyaman, saatnya merasakan atmosfer pekerjaan sesungguhnya. Lho lho..kok beda ya dengan apa yang ada dalam bayangan. Kok suasana lingkungan kerjanya seperti ini, saling jegal, saling lempar tanggungjawab pimpinan dan anak buah dengan menerapkan manajemen SDM (Selamatkan Diri Masing-masing) serta masih banyak lagi. Jadinya KAGET deh..

K-3 artinya KAGOL (bhs Jawa)/KECEWA

Perasaan KAGET setelah merasakan atmosfer pekerjaan sesungguhnya yang berbeda dengan impiannya serta berbulan bulan menumpuk menjadi satu akhirnya menimbulkan rasa KECEWA. Sudah suasana kerjanya tidak menyenangkan, pimpinannya tidak menghargai anak buahnya, beban pekerjaan yang selalu bertambah setiap harinya sementara tidak diimbangi dengan asupan nutrisi berupa kenaikan gaji yang sepadan, promosi jabatan yang tidak datang datang juga. Komplit. Mendengarkan lagunya Goyang Dumang milik Cita Citata berkali kali pun tidak akan membuat rasa KECEWA ini terobati. Bila sudah memasuki taraf K-3 ini, ibarat penyakit sudah memasuki stadium akut.Sudah terlalu berat untuk disembuhkan walaupun terkadang masih bisa diselematkan. Nah, pada artikelnya Bu Cucum Suminar tersebut berbagai penyebab karyawan terbaik memilih resign sepertinya sudah memasuki kategori K-3 ini.

K-4 artinya KELUAR

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun