Mohon tunggu...
Nurul Fariza Octavia
Nurul Fariza Octavia Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Biologi 2013

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ketika Uang Bisa Membeli Nilai di Atas Rata-Rata

19 April 2014   06:12 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:29 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Bicara tentang pendidikan, spontan kita akan tertuju kepada mirisnya pendidikan yang dirasakan oleh anak-anak kecil, anak muda yang kita sebut sebagai penerus bangsa. Umumnya kita akan melihat kepada anak-anak yang terombang-ambing dijalanan karena masa kecil ataupun masa muda yang mereka dapatkan untuk mencari pengalaman dan ilmu terbaik, tetapi justru mereka gunakan untuk mencari uang demi mengisi perut yang kosong. Terombang-ambing dijalanan karena adanya paksaan dari pihak tertentu agar mereka bisa menghasilkan uang yang nyatanya uang itu tidak untuk mereka.

Namun faktanya, masih ada lagi kisah miris di dalam dunia pendidikan. Misalnya saja ketika nilai dapat dibeli. Sudah bukan menjadi rahasia lagi, bahwa pendidikan di Indonesia saat ini tidak jauh dari uang. Memang benar tidak ada yang gratis di dunia ini, tetapi apa harus nilai yang didapat selalu berdasarkan dengan uang yang dikeluarkan. Memang tidak semua guru berlaku seperti itu, tetapi dibeberapa sekolah minimal ada satu guru yang mau mengubah nilai dari si murid tergantung dari uang yang mau dikeluarkan si murid. Bila tak ada uang yasudah tak ada lagi kesempatan tinta merah menjadi hitam di rapor.

Seperti apa pendidik yang diharapkan di Indonesia? Ada beberapa kriteria agar seseorang dapat digambarkan seperti pendidik yang diharapkan Indonesia, contohnya berwibawa, adil dan tegas. Bila disangkutpautkan dengan masalah ini adakah wibawa, rasa adil dan tegas dari seorang pendidik bila disodorkan dengan uang yang nominalnya cukup besar pendidik tersebut bisa takut kepada murid hingga akhirnya dapat mengubah tinta merah menjadi hitam.

Katanya pendidik, tetapi kenapa murid justru dengan mudahnya mendapat nilai diatas rata-rata bila karena uang. Seharusnya murid tidak dapat semudah itu mendapatkan nilai diatas rata-rata. Lalu apa gunanya ujian perbaikan? Gunanya ada ujian perbaikan agar para murid bisa lebih giat dan berusaha lagi dalam menimba ilmu. Dan juga agar ilmu-ilmu yang diterima murid tidak sia-sia dan hilang begitu saja.

Nurul Fariza Octavia

Kelompok 2 "Pendidikan"

FMIPA - Biologi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun