Indonesia berada di garis depan pasar kelapa sawit global, dengan proyeksi yang menunjukkan bahwa konsumsi dapat mencapai 25 juta ton yang mengesankan dalam beberapa tahun mendatang, yang menyoroti peran penting negara ini dalam industri ini.
Indonesia memiliki sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) yang melimpah dan beragam, yang menjadi fokus pada artikel ini ialah Bahan Bakar Nabati (BBN) kelapa sawit. Industri kelapa sawit sangat penting bagi perekonomian Indonesia, tetapi menghadapi tantangan lingkungan yang signifikan, termasuk deforestasi, degradasi lahan, dan emisi gas rumah kaca. Namun, seiring dengan bergesernya prioritas global ke arah keberlanjutan, tantangannya sekarang adalah mengubah industri ini agar selaras dengan masa depan yang lebih hijau. Misinformasi sering kali memicu boikot produk minyak kelapa sawit Indonesia yang tidak beralasan, yang merusak kontribusi positif industri tersebut terhadap perekonomian.
BPDPKS: Dari Pendorong Ekonomi Menjadi Pencinta Lingkungan?
Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) memainkan peran penting dalam membimbing industri kelapa sawit Indonesia menuju keberlanjutan dan mencapai tujuan Net Zero Emission (NZE). BPDPKS diposisikan secara strategis untuk mendukung inisiatif ramah lingkungan, termasuk subsidi biodiesel, peremajaan perkebunan kelapa sawit rakyat, dan pemanfaatan energi terbarukan dari limbah kelapa sawit.
BPDPKS dibentuk pada tahun 2015 untuk melaksanakan kebijakan penghimpunan dana bagi industri kelapa sawit yang dikenal dengan CPO Supporting Fund (CSF). Salah satu pemanfaatan utama dana tersebut adalah Program bantuan dana Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) yang memberikan insentif untuk peremajaan (re-planting) perkebunan kelapa sawit rakyat (Siahaan et al., 2020). Selain itu, BPDPKS berkomitmen untuk meningkatkan produktivitas tanpa perlu membuka lahan baru. Upaya ini memastikan praktik budidaya kelapa sawit berkelanjutan dan mematuhi standar Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) yang berlaku secara nasional.
Selanjutnya, langkah ekonomi seperti insentif yang diberikan BPDPKS berhasil mendongkrak konsumsi biodiesel dalam negeri. Anjloknya harga CPO dunia mendorong BPDPKS memberikan insentif untuk menstimulasi konsumsi biodiesel dalam negeri (Dharmawan et al., 2018). Hal ini mengurangi ketergantungannya pada bahan bakar fosil dengan mengganti BBN berbasis minyak sawit---sebuah langkah yang telah mengurangi emisi dan membantu menstabilkan ekonomi nasional melalui diversifikasi energi.
Peluang Emas: Mendongkrak Penerimaan Negara
BPDPKS juga mengadvokasi pemanfaatan limbah kelapa sawit untuk menghasilkan sumber EBT, seperti biogas dan biomassa. Misalnya, gas metana dari limbah kelapa sawit dapat diubah menjadi energi yang dapat digunakan kembali, memberikan manfaat ekonomi tambahan sekaligus berkontribusi terhadap target NZE.
Selain manfaat lingkungan, BPDPKS juga meningkatkan penerimaan negara melalui pengelolaan dana pungutan ekspor kelapa sawit. Untuk mendukung kerja sama ekonomi untuk kepentingan nasional, terutama dalam meningkatkan pendapatan negara, sektor kelapa sawit di Indonesia memiliki potensi yang besar. Berfungsi sebagai mekanisme penting untuk meningkatkan pendapatan negara dari ekspor CPO (Crude Palm Oil) (Azhar, 2023).
Indonesia beruntung memiliki sektor kelapa sawit yang berkembang pesat, yang berfungsi sebagai sumber devisa yang signifikan bagi pemerintah. Pada tahun 2019, ekspor kelapa sawit senilai Rp270 triliun menjadikannya komoditas utama negara, yang berdampak positif pada neraca perdagangan (Denpasar, 2019).