Semua yang bernyawa akan pulang....
Setelah lebih dari satu minggu orang-orang memanfaatkan kematian presiden ke-3 Republik Indonesia B.J habibie sebagai ajang pansos (panjat sosial) berjamaah, situasi pun semakin reda dan saatnya saya menulis tentang Habibie. Kalau dibilang kagum dengan Habibie sebenarnya tidak juga, hanya ada hal berkesan antara saya dan Habibie.
Saya sebenarnya tidak sekalipun bertemu langsung dengan beliau, jadi jangan mikir kalau ini tentang pertemuan kami berdua. Saya banyak kenal tentang Habibie saja setelah nonton film "Habibie dan Ainun", film garapan Faozan Rizal dan Hanung Bramantyo.
Sebelumnya hanya sebatas tahu kalau kita pernah punya presiden kelahiran pare-pare Sulawesi tengah. Presiden pertama dari luar jawa. Selain itu  karena film Habibie dan Ainun juga adalah film pertama saya nonton dengan mantan pacar saya di bioskop.Â
Film yang dibintangi Reza Rahardian sebagai Habibie ini secara cerita sebenarnya "B" aja.. gak spesial-spesial amat. Cuma waktu itu lagi hype karena pasca kematian Ainun, istri tercinta Habibie yang beliau cintai sampai akhir hayatnya.
Dari film ini saya tahu Habibie saat masih di Jerman berkali-kali menulis surat kepada Soeharto, Presiden Republik Indonesia saat itu, tentang gagasannya membangun armada udara yang akhirnya melahirkan pesawat udara pertama buatan anak indonesia yang diberi nama Gatot Kaca.
Surat ini lah menjadi pembuka bagaimana sepak terjang habibie di indonesia dan memperlebar jalan beliau pulang ke Indonesia. karena jika tidak pulang dari Jerman kita mungkin tidak pernah mengenal B.J habibie dan kisah cintanya dengan Ainun.
Selain seorang presiden, Habibie juga adalah seorang ilmuan. orang yang diakui dunia dengan segudang prestasi dan penemuannya di bidang teknologi baik kereta api dan pesawat udara, ia punya julukan the crack man atas keberhasilanya menemukan teori keretakan pesawat. Tapi penemu indonesia tidak hanya habibie, masih sangat banyak yang lain. Berbedanya, mereka tak sengotot Habibie untuk pulang ke Indonesia
 Dalam salah satu episode di kick andy, Andi F. Noya mewawancarai beberapa ilmuan yang juga punya prestasi gemilang di luar negeri, mereka enggan pulang ke indonesia karena berbagai alasan. Mengapa habibie pulang dan ilmuan yang lain tidak ?
Saat habibie pulang dari indonesia tahun 1974 saya belum lahir. jadi saya hanya berusaha memprediksi dan menduga-duga. jadi ini bukan kisah sejarah yah teman-teman. lagi pula saya bukan seorang ilmuan di luar negeri, yang memahami problematika dan dinamika seorang ilmuan. Bagaimana mau jadi ilmuan Kuliah strata 1 saja saya tidak sempat lulus.Â
Hasil dari baca disana-sini ternyata para ilmuan lebih dihargai di negeri orang daripada negeri sendiri. kemampuan dan keahlian mereka menjadi berguna karena didukung oleh lembaga peneliti yang punya ambisi besar untuk mengubah dunia. sedangkan Indonesia bagaimana mau mengubah dunia debat presiden saja isinya cuma menghafal teks.