Mohon tunggu...
Mulyadi Abdullah
Mulyadi Abdullah Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar

Semua orang berhak salah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Habibie dan Kepulangannya

26 September 2019   03:40 Diperbarui: 26 September 2019   03:45 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pemerintahan kita belum menginvestasikan sumberdaya pada penemuan-penemuan sebagai solusi akan permasalahan negara. Masih nyaman meniru-niru kebijakan negara lain padahal belum tentu cocok dengan Indonesia. Lingkungan seperti ini tentunya hanya membuat para ilmuan ini menjadi "pengangguran" di negerinya. 

saya tidak ingin jauh-jauh membahas negara apalagi saya hanya seorang pemuda yang tinggal di provinsi termiskin nomor 3 di Republik Indonesia- Tau apa tentang negara ini. karena yang maha tahu hanya Luhut Panjaitan.

Kemarin di salah satu media lokal saya membaca kalau Universitas Nusa cendana (UNDANA) sedang menyiapkan lomba pacuan kuda demi melestarikan kuda poni yang keberadaannya semakin terancam kepunahan. jika di luar negeri Lembaga pendidikan mengembangkan teknik rekayasa genetik (DNA) sebagai solusi kepunahan spesies, universitas kebanggan kita lebih memilih  jalan "Out of the Box". 

Saya pastinya sulit membayangkan ahli genetik yang harus cek sound dan memesan catering demi kelancaran iven. Universitas kita memang bukan lagi tempat mengembangkan pikiran dan kumpulan para kaum terdidik tapi lebih mirip "penyelenggara" proses belajar mengajar. akhirnya kampus tidak lagi dipenuhi peneliti tapi isinya para pencari kerja semata.

Ternyata bukan hanya universitas, pemerintahan kita juga sering membuat bingung. Pernah dengar Kupang Smart City ? sudah akrab kah dengan artificial intelligence (AI)? ya, kecerdasan buatan yang membuat mesin dapat bekerja seperti algoritma otak manusia dengan pemrosesan data super cepat.

Masih ada lagi  Internet of Things, big data dan mesin learning semua hal itu adalah perangkat yang bekerja untuk smart city. tapi di Kupang smart city di anggap jalan santai pungut sampah dan cat trotoar.

Dan perdebatan kita setiap hari isinya hanya mempersoalkan alasan warna biru putih. saya tidak bisa membayangkan seorang data saintis gelisah karena  mencampur berapa banyak tiner untuk mendapat warna biru yang sesuai.

Saya menduga Habibie pulang saat itu karena situasi politik dan sosial yang mendukung beliau untuk mengembangkan ide dan gagasannya terhadap Indonesia- langsung di support oleh presiden.

Habibie mendapat jaminan cita-citanya untuk membuat pesawat udara pertama di indonesia didukung penuh baik dari kebijakan dan anggaran. Itulah yang dibutuhkan para ilmuan. meski cita-cita Habibie pun kandas karena krisis keuangan tahun 1998 merontokkan stabilitas negara yang dijaga presiden soeharto berpuluh-puluh tahun.

Tapi pulang bukan hanya persoalan luar negeri, putra-putri terbaik NTT juga banyak berprestasi dan ahli di bidangnya masing-masing. tapi mengapa mereka tak ingin pulang?

Sama halnya karena situasi politik dan sosial di NTT. Birokrasi kita yang bukan memandang kualitas, karena di NTT marga kita lebih penting dari isi kepala kita. tentunya ini buruk bagi persaingan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun