Mohon tunggu...
neza chacha
neza chacha Mohon Tunggu... -

Walau terlambat masih selalu ingin belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Penyesalan dan Harapan

19 Agustus 2011   14:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:38 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Kudengar suara hpku berbunyi, kulihat nomer suamikku yang telpon.Dengan tergesa kuangkat telponku,lalu kudengar suara dari seberang yang tanpa kerinduan karena dia pasti minta kiriman uang. Aku hanya bisa istighfar walau hati ini sempat kesal, saat kuingat kata katanya 'Bu nggak ada uang buat bayar listrik.Hanya buat bayar listrik dia harus minta kiriman uang dariku dimana tanggung jawabnya sebagai seorang kepala rumah tangga? Menetes air mataku tak terasa.

Masih kuingat saat saat pacaran dengannya penuh dengan kata kata mesra darinya. Hingga aku memutusakan pilihan menikah dengannya. Kulihat dulu dia seorang laki laki yg rajin bekerja . Kejanggalan itu baru kurasakan saat kita akan melangsungkan pernikahan. Semua persiapan harus aku yang tanggung. Dan yang lebih bikin aku sedih dia tak memberiku mas kawin pada saat ijab, Mungkin karena aku stress menghadapi semuanya hingga aku pingsan pada saat duduk dipelaminan.

Sudahlah itu hanya masa lalu tak perlu diingat terus hanya bikin sakit hati. Kehidupan kembali bersamanya sebagai sepasang suami istri, sampai akhirnya aku harus kembali sebagi bmi karena aku masih terikat kontrak. Dua tahun kemudian aku kembali tapi tak ada hasil apapun dari suamiku yang berupa tabungan atau apapun itu.Lalu kemana hasil kerjanya selama aku tidak ada? Pertanyaan itu juga yang masih sekarang menghantuiku.

Akhirnya aku hamil dan dikaruniai seorang puntri yang cantik. Sampai kutahu suamiku di phk dari pekerjaan. Dari sini baru ku tahu kalau suami bukan seorang kepala rumah tangga yang bertanggung jawab.selama aku menjadi istrinya aku tidak pernah merasakan hasil kerjanya. Sampainya akhirnya tabungannku habis dan suamiku tak bergerak sedikitpun untuk mencari pekerjaan.

Lalu kuputuskan kembali menjadi bmi,untuk merubah hidup.Kuingin hidup yang lebih baik untuk si buah hati.Kadang ada rasa menyesal mengapa aku bersuamikan orang yang tidak bertanggung jawab. Saat ku berselancar didunia maya begitu banyak laki laki yang menjanjikan kebahagiaan.Tapi alhamdulilah aku tak pernah terjerumus sebuah perselingkuhan yg dilarang agama, Karena dari lubuk hatiku yang paling dalam aku masih tersimpan sebuah harapan suamiku sadar akan tanggung jawabnya sebagai kepala rumah tangga. Demi si buah hati aku tidak boleh egois.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun