Mohon tunggu...
Neyla Wahda Kumala
Neyla Wahda Kumala Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa

be your self and be you

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

KKN 139 UIN Walisongo Dihubungi Karu Narkotika RSJ Soerojo, DPL Angkat Suara

15 November 2021   14:56 Diperbarui: 15 November 2021   15:45 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Fokus

2. Menikmati hidup

3. Terima dan hargai diri sendiri

4. Bila ada pikiran yang negatif fokuskan pada pernapasan. 

Mindfulness itu sendiri termasuk bagian dari meditasi yang dilakukan melalui pernafasan. Kita dilatih untuk selalu berfikir positif dalam hal apapun karena sejatinya apabila kita selalu mempunyai pikiran yang positif atau bahasa kerennya "positive vibes'' kita senantiasa hidup bahagia dan mempunyai hati yang bersih. 

Hubungan antara mindfulness dengan kesehatan mental dapat diibaratkan seperti ini; kita tidak memandang dunia seperti yang seharusnya, tetapi sebagai apa yang telah kita alami sebelumnya. Jika kita tidak memiliki kenangan ataupun ingatan mengenai itu, kita tidak akan tahu bagaimana menanggapinya.

 Ingatan kita telah diakumulasikan sejak kita terbentuk. Semua pengalaman yang kita alami sejak saat itu tersimpan sebagai ingatan. Kemudian ingatan kita di masa lalu timbul kembali dalam dua bentuk; pertama, ingatan-ingatan ini menjadi sebuah pemicu dimana kita ingat sesuatu yang terjadi di masa lalu, dan yang kedua, ketika kita tidak ingin berurusan dengan ingatan mengenai hal yang terjadi di masa lalu tetapi ingatan ini tetap muncul. 

Konflik timbul ketika ada ketidaksesuaian antara apa yang kita inginkan dengan kenyataan. Ketika masa lalu timbul namun kita tidak mau menghadapinya adalah hal yang menyebabkan konflik. Kita memiliki keinginan, namun realita berbeda dengan apa yang kita inginkan. Hal ini menyebabkan diri kita dikuasai oleh pikiran kita dengan keinginan kita dan bukan realita.

 Pikiran mengenai keinginan Anda pun muncul kembali, baik secara sadar maupun tidak sadar, lalu memasuki celah pikiran. Jika kita mengikuti pikiran ini dan tidak bisa mengendalikannya, timbullah konflik dalam bentuk perasaan negatif, seperti kekhawatiran, stres, kecemasan, atau rasa takut. Mampu untuk tidak mengikuti atau larut dalam pikiran Anda yang timbul, adalah prinsip yang fundamental.

Yang menjadi titik inti pada webinar ini adalah bagaimana kita mengelola emosi yang sedang terjadi pada diri kita dan berusaha selalu memikirkan hal positif dan stop berfikiran negatif tentang segala hal yang terjadi pada hidup kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun