Mohon tunggu...
Neylasari
Neylasari Mohon Tunggu... profesional -

ketika mimpi dan harapan datang terlalu pagi... maka cukup hanya secercah senja merah saga yang tertinggal di tepian asa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[HUT RTC]Kusembunyikan Rindu di Balik Meja itu…

2 Maret 2016   16:08 Diperbarui: 2 Maret 2016   16:15 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="https://www.google.com/search?biw=1366&bih=657&tbm=isch&sa=1&q=perempuan+dan+hujan&oq=perempuan+dan+hujan&gs_l=img.3..0.18594.27402.0.27836.50.22.0.5.5.0.394.3020.0j2j7j3.12.0....0...1c.1.64.img..33.16.2925.psQO1xwtA04#imgrc=vPzJvpXa4qYDPM%3A"][/caption]

Seperti halnya aku yang begitu sesaknya menahan rinduku padamu. Mencintaimu adalah sebuah kepastian hatiku, merindukanmu adalah jeratku, tapi baik mencintaimu atau merindukanmu adalah hal yang tak mampu aku tabirkan…
 “Aku mencintaimu, aku ingin memilikimu…”itu selalu yang kau ucapkan ketika kita bertemu.

Tapi,

Jejak cinta sebelum senja, hanya bermega seperti kabut asap tertepa hujan. Sekilas hangat lalu menguap. Sirna… harus kuhapus jejak-jejak tanganku pada wajahmu, harus kuhapuskan jejak bibirku menggamit mesra dalam kecupan rindu, agar dahan pemilik ranting kokoh itu tak tahu, betapa aku telah tunduk di dalam dekapanmu…

Setabah hujan di bulan juni,

Ku relakan hatiku menyelipkan namamu dalam doaku, ku gamitkan sukmaku pada setiap jengkal sentuhanmu. Meniupkan ruh dalam nafas-nafas surga… Sepaham aku yang tak mungkin mendapatkanmu dalam nyata. Biarkan apa yang aku rasa, hanya berhenti di tenggorokan saja, biarkan apa yang kusakitkan kuikat kuat jauh dilubuk hati saja, tanpa terucap. Tanpa bersuara. Agar tak sedetikpun kau tahu, hancurnya hatiku dirajam rindu…

Biarkan aku yang pergi. Karena tak selayaknya, aku berada disini untuk mengajakmu mati…

Biarkan aku berdusta. Karena tak seharusnya aku menyeretmu ke dalam nista…

Biarkan aku menikmati senja, yang hanya tinggal beberapa jam saja…

Sendiri… tanpa hadirmu… tanpa senyummu…

Dengan kematianku…

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun