Mohon tunggu...
Newsantara
Newsantara Mohon Tunggu... -

Portal Informasi Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

KontraS: Bisa Jadi Gafatar Lakukan Revolusi Mental

26 Januari 2016   12:16 Diperbarui: 26 Januari 2016   13:19 1241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Newsantara – Puri Kencana, selaku Wakil Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS) berpendapat bahwa ormas Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang telah membubarkan diri dan menjadi sorotan media massa justru telah melakukan aksi yang sejalan dengan program pemerintah Joko Widodo, yaitu Revolusi Mental.

“Pemerintah sampai saat ini jauh sekali sediakan akses kemandirian pangan. Mereka (eks-Gafatar) memutuskan pindah ke Kalbar. Ini bentuk transmigrasi mandiri. TIdak ada yang salah orang pindah tempat atau pindah domisili,” ujar Puri, melalui diskusi ‘Astaga Gafatar’ di Jakarta, Sabtu (23/1/2016).

Menurut Puri, massa yang pernah tergabung dalam Gafatar rela meninggalkan kampung halamannya untuk melakukan transmigrasi secara mandiri dari Pulau Jawa ke Kalimantan Barat (Kalbar).

“Bisa jadi mereka lakukan revolusi mental,” imbuhnya.

Puri menambahkan, bahwa massa eks Gafatar menetap di wilayah dan lahan yang mereka beli sendiri. Bila tidak membeli, mereka menyewa dan menandatangi nota kesepahaman dengan pemerintah setempat. Namun, Puri menilai pemerintah malah bersifat defensif.

Justru langkah yang dilakukan Menteri Sosial RI, Khofifah Indar Parawangsa dengan mendatangi ‘kampung’ Gafatar terkesan mengusir, tuding KontraS.

“Gimana bisa pengusiran dilakukan resmi oleh pemerintah dengan Kementerian Sosial? Mereka kan punya hak di sana, karena itu aset yang mereka beli,” ujar putri.

Solusinya Bukan Pemulangan

Pada kesempatan yang sama, Ketua Komisi Nasional Hak Azasi Manusia (Komnas HAM) Nur Kholis menilai, langkah pemulangan mantan anggota Gafatar ke daerah asal bukan sebuah solusi. Alasannya, tidak sedikit dari mereka yang pindah ke Kalbar rela menjual seluruh asetnya agar dapat membeli tanah untuk bisa menetap di Kalbar.

“Apakah negara akan menjamin kalau dipulangkan? Biasa kalau kasus sudah tertutup sebulan, mereka akan terlunta-lunta. Kalau begini solusi bukan pengembalian,” Ujar Nur Kholis.

Menurutnya, yang diperlukan saat ini adalah penjagaan dari aparat setempat agar dapat menjamin keberlangsungan hidup mereka yang aman. Berdasarkan informasi yang diterima Direktur LBH Palembang ini, mantan anggota Gafatar memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka dengan bercocok tanam.

“Harusnya penjagaan. Ketika mereka tinggal di sana, bercocok tanam, ya negara hadir ciptakan rasa aman,” ujarnya.

 

Sumber: liputan6.com (23/1/2016)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun