Mohon tunggu...
Kresna Nurdianyoto
Kresna Nurdianyoto Mohon Tunggu... -

mahasiswa S1 jurusan teknik sipil UNS (Universitas Sebelas maret Surakarta)

Selanjutnya

Tutup

Nature

Simpan Air untuk Kehidupan Kelak (Biopori)

6 April 2013   14:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:38 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sekali lagi, postingan ini mengenai permasalahan air yang ada di Indonesia. Walaupun masih dalam kadar aman mengenai kadar/simpanan air yang ada di Indonesia, tetapi sering terjadinya ketidakmanfaatan air dalam kehidupan kita. Melihat kondisi di luar negeri, terutama pada negara-negara maju yang sudah mulai melakukan konservasi air secara besar-besaran dalam memenuhi kebutuhan para warganya dan juga kesadaran warganya yang benar-benar memanfaatkan air bersih untuk kepentingan minum dan mandi. Kurang tertatanya wilayah-wilayah besar di Indonesia yang kemudian mengakibatkan seringnya terjadi banjir saat musim hujan dan kekeringan saat musim kemarau. Sehingga tidak hanya pemerintah saat yang harus bergerak dalam konservasi air, melainkan warga sendiri juga harus tergerak hatinya untuk dapat melakukan konservasi air. Postingan sebelum ini pun saya pernah membahas mengenai konservasi air dengan penggunaan barang bekas untuk menampung air hujan. Postingan ini akan membahas mengenai teknik konservasi air dengan metode yang berbeda. Inti daripada konservasi ari tersendiri adalah dengan menyimpan air sebanyak-banyaknya pada tanah yang gunanya dapat kita manfaatkan air tersebut lewat penggunaan air tanah. Banyaknya peristiwa kebanjiran dan kekeringan yang kemudian membuat kita semua harus berpikir mengenai teknik konservasi air yang tepat untuk lingkungan kita. Salah satunya dengan cara kita membuat lubang-lubang pada tanah area pekarangan rumah kita yang langsung bersentuhan dengan tanah asli. Pembuatan lubang-lubang pada tanah area pekarangan kita ini bertujuan untuk memudahkan air agar dapat masuk meresap ke dalam tanah. Area pekarangan yang sudah hijau pun masih bisa timbul genangan air (red: saat kondisi hujan besar). Lubang-lubang tersebut dapat diisi dengan sampah organik (red: sisa makanan atau dedaunan yang rontok) yang nanti pun akan berubah menjadi pupuk kompos. Proses pembuatan lubang biopori bisa dilakukan seorang diri dengan perlengkapan alat dan bahan yang mudah ditemukan dipasaran. Alat dan bahannya sendiri berupa: 1. Alat bor tanah sederhana Alat ini dapat dibeli secara online di ol shop (yang tentunya bukan ol shop yang berhubungan dengan busana :D) dengan hargaRp. 175.000,- (pertanggal 06 April 2013), atau dengan cara manual dengan menggali tanah dan kemudian menutupnya kembali. 2. Pipa PVC bekas dengan diameter lebih dari 3'' (80 mm) yang sudah diberikan lubang secara manual pada sisi-sisinya yang gunanya untuk kebutuhan masuknya air. Besaran lubang disesuaikan sebesar lubang obeng dengan jarak 10 cm di empat sisi pipa tersebut. 3. Area pekarangan rumah yang langsung bersentuhan dengan taha asli. Pembuatan pertama  yang harus dilakukan yaitu membuat lubang biopori tersebut menggunakan alat bor sederhana yang tujuan utamanya membuat lubang di dalam tanah selebar 10 cm dan sedalam 80-100cm. Pemasangan pipa PVC bekas pada lubang tersebut sebagai tempat masuknya air. Bentk hasil pemasangan dapat dilihat pada gambar disamping Cukup simple dan mudah kan? hanya dengan melakukan hal tersebut kita telah melakukan konservasi air pada lingkungan kita secara langsung. Tidak perlu dengan ngotot mempertahankan pendapat masing-masing seperti yang dilakaukan politisi Indonesia. Sederhana dan dapat diaplikasikan dirumah anda sendiri tanpa perlu bantuan orang lain sudah cukup untuk menghijaukan lingkungan kita. Source : newkidjoy.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun