Go Dok - Siapa sih yang tidak mengenal HIV? Selain kondang karena sifatnya yang mematikan, banyak yang menakuti penyakit ini karena  dikenal sebagai penyakit yang belum ditemukan obatnya. Di Indonesia, jumlah kumulatif kasus penyakit ini yang dilaporkan dari pertama kali ditemukan (1987) sampai dengan Desember 2016 berjumlah 232.323 orang.Â
Sedangkan jumlah kumulatif AIDS sampai dengan Desember 2016 sebanyak 86.780 orang. Jika ditilik dari pembagian wilayah, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah infeksi  tertinggi terjadi di DKI Jakarta, diikuti Jawa Timur, Papua, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Yuk, bentengi diri Anda dan keluarga dari penyakit yang ini! Berikut penjelasan lengkapnya!
Mengenal HIV
Bagaimana penyakit ini menginfeksi tubuh? Awalnya, virus HIV akan menempel pada sel sistem kekebalan yang disebut sel limfosit CD4 (berfungsi untuk melindungi tubuh dari berbagai bakteri, virus, dan kuman lainnya). Lalu, secara perlahan virus akan memasuki sel CD4 dan memanfaatkannya untuk bereplikasi. Nah, virus baru yang terbentuk kemudian akan meninggalkan sel CD4 dan menyerang sel lain. Proses ini terus berlanjut sampai akhirnya jumlah sel CD4 turun drastis dan memicu berhentinya kerja sistem kekebalan tubuh Anda.
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang dapat menyebar melalui pertukaran cairan tubuh dan menyerang system kekebalan tubuh, terutama sel CD4 atau yang sering disebut sel-T. Seiring dengan berjalannya waktu, virus ini dapat menghancurkan sel-T dalam jumlah besar. Akibatnya, tubuh tidak dapat menghalau infeksi bakteri dan virus pemicu beragam penyakit, seperti penyakit kulit, TBC, gangguan pencernaan, dsb.
Virus HIV dapat menular melalui pertukaran cairan tubuh -misalnya sperma, darah, sumsum tulang belakang, dan cairan vagina (termasuk darah menstruasi). Cara penularannya pun sangat beragam, meliputi:
- Hubungan seks dengan orang yang mengidapnya, kebiasaan bergonta ganti pasangan, serta kecenderungan berhubungan seks tanpa menggunakan alat pelindung (kondom).
- Transfusi darah atau kontak dengan darah/luka yang sudah tercemar virus HIV.
- Penggunaan jarum suntik, jarum tindik, atau peralatan jarum suntik tato/body piercingsecara bersamaan atau bergantian dengan orang yang terinfeksi.
- Penularan virus HIV dari ibu ke bayi yang dikandungnya.
Cairan tubuh lainnya seperti air liur, keringat, dan urin tidak cukup banyak mengandung virus; sehingga penyakit ini TIDAKÂ menular melalui:
- Bersin dan meludah
- Gigitan nyamuk atau binatang lain
- Bersalaman atau berpelukan dengan pasien
- Berciuman
- Makan bersama
- Tinggal serumah serta menggunakan toilet atau kolam renang berbarengan
- Resusitasi mulut ke mulut
Banyak pasien HIV tidak menunjukkan gejala apapun selama beberapa bulan, Â bahkan sampai bertahun-tahun setelah terinfeksi. Namun dalam kasus lainnya, Â bisa saja ditandai dengan gejala mirip flu, seperti demam, nyeri sendi, sakit otot, sakit tenggorokan, penurunan berat badan yang tidak disengaja, diare -biasanya bersifat persisten atau kronis, bintik putih di lidah atau mulut.
Hingga kini belum ditemukan obat atau vaksin yang dapat digunakan untuk menyembuhkannya. Obat ART (antiretroviral) yang selama ini banyak digunakan nyatanya tidak dapat mematikan semua virus yang sudah terlanjur ada dalam tubuh. Karena sejatinya ART hanya efektif untuk menghambat pertumbuhan virus atau menghentikan virus agar tidak memperbanyak diri saja.
Mengingat dampaknya yang mematikan, tidak berlebihan rasanya jika Anda melakukan beragam langkah pencegahan, seperti:
- Menerapkan perilaku seks yang sehat. Misalnya, dengan tidak berhubungan seks di luar nikah, tidak berganti-ganti pasangan, dan menggunakan alat pengaman.
- Tidak mengkonsumsi narkoba, terutama narkoba jenis suntik.
- Bagi tenaga medis, gunakan alat pelindung diri(sarung tangan, dll)Â saat menolong pasien.
- Penggunaan alat-alat medis yang steril atau sekali pakai, misalnya jarum suntik, pisau bedah, atau alat tindik/tato.
- Mempertahankan sistem kekebalan tubuh yang kuat dengan pemeriksaan medis yang teratur.
Perlu diketahui bahwa sistem kekebalan tubuh baru akan membentuk antibodi tiga minggu-tiga bulan setelah infeksi masuk ke dalam tubuh. Inilah yang disebut dengan istilah masa jendela (window period). Jadi, jika Anda merasa telah terpapar HIV, maka disarankan untuk menunggu dulu selama tiga bulan pasca peristiwa berisiko sebelum melakukan tes HIV.