– Pola tidur yang tidak beraturan
Seperti yang dituturkan oleh A.Cook, MD., -profesor psikiatri dari University of California- depresi memengaruhi produksi hormon Norepinephrine; hormon pemicu insomnia yang diproduksi di kelenjar adrenal. Singkatnya, semakin berat depresi yang diderita seseorang, maka semakin besar pula jumlah hormon Norepinephrine yang diproduksi. Alhasil, penderita depresi akan kesulitan untuk tidur nyenyak; atau bahkan untuk tidur sama sekali.
– Sering sakit kepala, perut, atau punggung
Jarang yang mengetahui bahwa depresi serta stres berlebih dapat membuat otot tubuh tegang dan terus-menerus dalam keadaan kontraksi. Fakta ini sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Norman Sussman, MD., seorang profesor psikiatri di NYU Langone Medical Center. Norman lebih lanjut mengemukakan bahwa otot tubuh yang tegang dapat meningkatkan risiko seseorang merasakan sakit di beberapa area tubuh, seperti kepala, perut, dan punggung.
– Disfungsi seksual
Gejala fisik lainnya yang dapat ditemukan pada penderita depresi adalah disfungsi atau penurunan hasrat seksual. Banyak ahli mengaitkan kondisi ini dengan efek dari konsumsi obat anti-depresan yang dikonsumsi oleh penderita demi mengurangi stres serta cemas yang dirasa.
2. Gejala psikis :
– Emosi yang tidak stabil
Pada penderita depresi, tingginya tekanan yang dirasa dapat membuat saraf-saraf di otak tegang. Hal inilah yang menyebabkan mereka sukar untuk membedakan berbagai macam spektrum emosi, mulai dari sedih, marah, hingga bahagia. Tidak heran jika kemudian para penderita depresi cenderung menunjukkan kondisi emosi yang tidak stabil.
– Sering merasa gelisah dan cemas
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa depresi dapat memicu produksi hormon Norepinephrine yang membuat seseorang terus terjaga di malam hari. Usut punya usut, hal inilah yang kemudian membuat penderita depresi lebih rawan merasakan gelisah serta cemas berlebih karena otak terus bekerja demi mengolah semua informasi serta perasaan yang dipendam.