Mohon tunggu...
Henry Rikardo
Henry Rikardo Mohon Tunggu... Administrasi - kadang-kadang menulis

belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Politik

Institut Pendidikan Dokter Negeri (IPDN)

14 September 2015   22:54 Diperbarui: 14 September 2015   22:54 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Surprise mendengar usulan Ahok yang ingin membubarkan IPDN. Untuk kesekian kalinya Gubernur Ahok membuktikan diri sebagai pemimpin yang punya visi jauh kedepan. Blak-blakan dalam berkata, namun jujur dan tulus dalam setiap tindakannya. (setidaknya menurut saya.)

Terkadang ketika sudah berada di zona nyaman, kita seringkali memang tidak lagi merasa ada yang salah atau kurang dalam keseharian kita. Kita menjadi monoton. Hal yang sama juga mungkin dirasakan dengan keberadaan IPDN. Maka tatkala ada wacana pembubaran oleh Ahok, yang muncul adalah penolakan. Tak kurang Mendagri, Menko PMK dan bahkan Wapres Jusuf Kalla juga menolak. Banyak pihak memberikan argumen untuk mementahkan ide Ahok. Mulai dari cerita sejarah, hingga anggapan melanggar Undang-undang.

Namun sering tidak disadari, ternyata zaman sudah berubah. Banyak aturan baru yang berlaku. Dulu Presiden dipilih MPR, tapi sekarang dipilih langsung oleh rakyat. SDM yang selama ini hanya dihasilkan oleh sekolah kedinasan, ternyata sudah dapat juga dihasilkan oleh universitas umum baik swasta maupun negeri.

Kenyataan ini harusnya menyadarkan kita jangan lagi terkenang akan masa lalu. Namun harus menatap kemasa kini dan nanti.

Institut Pendidikan Dokter Negeri (ipdn)

Saya tidak tahu persis berapa anggaran IPDN, namun pastilah tidak sedikit. Berapa jumlah alumni per tahun juga pasti banyak, ribuan mungkin. Saya terpikir seandainya anggaran buat IPDN, dialihkan ke bidang pendidikan kesehatan, untuk menghasilkan tenaga dokter umum dan spesialis, alangkah besarnya dampak yang akan dirasakan masyarakat. Mungkin biaya buat mencetak dokter lebih mahal. Namun setidaknya dengan anggaran yang sama mungkin masih bisa menghasilkan ratusan dokter setiap tahun.

Seringnya masyarakat mengeluhkan kualitas SDM dokter di negeri ini, menurut hemat saya, akibat dari dokter yang lulus memang bukanlah putra terbaik bangsa. Karena mahalnya biaya pendidikan dokter, tentunya anak bangsa dengan kemampuan ekonomi pas-pasan, tidak akan berani memilih jurusan kedokteran. Jika saja pemerintah berani membuat gebrakan, mengalihkan merevolusi kampus IPDN menjadi Universitas Kedokteran gratis. Saya yakin putra-putri terbaik bangsa akan berbondong-bondong mencoba peruntungannya menjadi seorang dokter. Ketika masukannya adalah SDM terbaik maka sudah pasti lulusannya juga merupakan SDM terbaik bangsa.

Dalam waktu singkat keluhan minim tenaga dokter akan teratasi, pelayanan kesehatan makin baik, muaranya tingkat kesehatan masyarakat meningkat sehingga pada akhirnya kualitas SDM Indonesia pastinya meningkat.

Tinggal lagi apakah kita semua mau melangkah dari zona nyaman,,? Dan apakah kali ini Pak Presiden akan sependapat dengan Ahok, mari kita tunggu bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun