Pendidikan di Indonesia memiliki tujuan yang lebih luas bukan hanya sekadar peningkatan kemampuan akademik namun Pendidikan juga diarahkan untuk mengembangkan karakter, keterampilan, dan potensi siswa. Salah satu kegiatan yang sangat relevan untuk mencapai tujuan tersebut adalah melalui kegiatan ekstrakurikuler, yang dimana mencakup berbagai aktivitas seperti seni, olahraga, dan kepramukaan. Kegiatan ini tidak hanya berfungsi sebagai wadah pengembangan bakat dan minat, tetapi juga sebagai sarana untuk membentuk kepribadian dan keterampilan sosial siswa.
Dalam konteks ini, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) memberikan otonomi kepada sekolah untuk mengelola program-program pendidikan, termasuk kegiatan ekstrakurikuler. Menurut Mulyasa (2021), penerapan MBS yang optimal dapat meningkatkan kualitas layanan pendidikan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan, seperti guru, siswa, orang tua, dan masyarakat. Hal ini juga diperkuat oleh Permendikbud No. 62 Tahun 2014, yang menekankan pentingnya kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan potensi siswa secara maksimal.
Namun, penerapan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah pastinya sudah sngat sering kali menghadapi berbagai tantangan. Kendala yang sering dijumpai mencakup keterbatasan fasilitas, kurangnya pembimbing yang kompeten, dan minimnya keterlibatan orang tua. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan penerapan MBS secara terstruktur dan efektif agar kegiatan ekstrakurikuler dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
SDN Lambangsari adalah salah satu sekolah yang menerapkan MBS dalam mendukung kegiatan ekstrakurikuler. Di SDN Lambangsari, penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) menjadi kunci dalam mendukung keberhasilan dalam sbuah kegiatan ekstrakulikuler.Menurut Kepala Sekolah SDN Lambangsari, Cecep Mulyadi, S.Pd., MBS diterapkan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan, seperti guru, siswa, orang tua, dan masyarakat dalam proses perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. Dengan pendekatan ini, kegiatan ekstrakurikuler dirancang untuk mengakomodasi kebutuhan dan potensi siswa. Saat ini, sekolah menyediakan dua kegiatan ekstrakurikuler utama, yaitu Pramuka dan olahraga.
Namun, pelaksanaan kegiatan ini menghadapi berbagai tantangan. Dari segi anggaran, pembina kegiatan hanya menerima honor sekitar Rp30.000 hingga Rp50.000 per kegiatan, yang cukup terbatas. Selain itu, fasilitas yang tersedia masih perlu dilengkapi secara bertahap. Meski demikian, sekolah berupaya untuk terus mendukung kegiatan ini, baik melalui peningkatan kompetensi pembina maupun pengadaan fasilitas secara bertahap.
Meskipun menghadapi keterbatasan, SDN Lambangsari telah mencatatkan beberapa pencapaian, seperti keberhasilan dalam lomba olahraga renang di tingkat kecamatan dan sebagainya. Selain itu, partisipasi siswa dalam berbagai kompetisi menjadi salah satu indikator evaluasi terhadap keberhasilan kegiatan ekstrakurikuler. Dampak positifnya terlihat pada perkembangan karakter siswa serta kemampuan mereka sesuai dengan bakat dan minat, terutama dalam pengembangan fisik dan mental.
Ke depan, SDN Lambangsari berencana untuk fokus pada pengembangan kegiatan yang sudah ada, khususnya Pramuka dan olahraga. Kepala sekolah berharap, meskipun dengan keterbatasan sumber daya, kedua kegiatan ini dapat dikelola secara lebih optimal sehingga memberikan manfaat maksimal bagi siswa.
Penerapan MBS yang terstruktur diharapkan dapat menjadi solusi untuk mengatasi kendala yang ada dan mendorong keberlanjutan kegiatan ekstrakurikuler di SDN Lambangsari. Dengan dukungan semua pihak, program ini diharapkan mampu mencetak generasi yang tidak hanya unggul secara akademik tetapi juga berkarakter kuat dan memiliki keterampilan yang bermanfaat.
Daftar Pustaka :
Permendikbud No. 62 Tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler pada Pendidikan Dasar dan Menengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik IndonesiaÂ